Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Orangtua Tak Sadar Anaknya Obesitas, kok Bisa?

Bukan hanya orang dewasa, anak pun juga berisiko mengalami masalah obesitas.

Apabila tidak ditangani, obesitas bisa menyebabkan anak terkena beragam penyakit seperti hipertensi hingga diabetes.

Sayangny,a banyak orangtua gagal atau terlambat menyadari bahaya obesitas yang mengintai anak mereka.

Para ahli mengemukakan, orangtua cenderung kesulitan mengenali gejala awal obesitas pediatrik atau obesitas di masa kanak-kanak.

Tim peneliti di London School of Hygiene and Tropical Medicine dan UCL Institute of Child Health melakukan studi yang memantau persepsi orangtua terkait berat badan anak.

Hasil riset tersebut dimuat ke dalam jurnal British Journal of General Practice.

"Anak yang kelebihan berat badan berada pada peningkatan risiko kematian dini dan penyakit di masa dewasa," demikian keterangan penulis studi.

"Persepsi orangtua dan definisi klinis obesitas anak berbeda, ini dapat membuat intervensi untuk menangani obesitas di lingkungan rumah menjadi tidak efektif."

Obesitas di masa kanak-kanak membuat anak berisiko terkena masalah kesehatan fisik dan mental seperti:

- Diabetes tipe 2

- Sindrom metabolik

- Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi

- Asma

- Gangguan tidur

- Penyakit hati berlemak nonalkohol

- Patah tulang

- Harga diri rendah dan menjadi korban perundungan

- Masalah perilaku dan pembelajaran

- Depresi

Peneliti berusaha mencari tahu pemikiran para orangtua terkait kondisi anak mereka, apakah anak memiliki berat badan di bawah normal (underweight), berat badan sehat, atau kelebihan berat badan.

Dalam studi ini para peneliti menggunakan metode pengukuran objektif untuk memprediksi bagaimana persepsi orangtua dalam mengidentifikasi risiko yang dihadapi anak-anak mereka.

Kemudian, peneliti membagikan kuesioner kepada hampir 3.000 orangtua anak berusia antara 4-5 tahun dan 10-11 tahun.

Hasilnya, peneliti melihat sekitar 31 persen orangtua meremehkan kondisi berat badan anak mereka.

Sementara itu, orangtua yang melebih-lebihkan kondisi berat badan anak berada kurang dari satu persen.

Juga, lebih dari 95 persen orangtua yang tidak menyadari jika anak mereka mengalami obesitas.

Hanya empat orangtua yang menceritakan anak mereka sangat kelebihan berat badan.

Padahal dalam studi tersebut, sebanyak 369 anak dinyatakan kelebihan berat badan.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan obesitas sebagai individu yang memiliki indeks massa tubuh di angka 95 persen, atau lebih dari grafik pertumbuhan indeks massa tubuh per usia.

Para peneliti menduga, orangtua cenderung menutup mata perihal masalah obesitas anak. Sebab, saat ini orang bertubuh gemuk sudah bisa diterima di dalam masyarakat luas.

Sebagai orangtua, sebaiknya kita menyadari potensi masalah kesehatan yang mengintai anak dan berkonsultasi dengan ahlinya, dalam hal ini dokter anak.

"Jika orangtua tidak menyadari anak mengalami obesitas maka mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu anak memiliki berat badan yang lebih sehat."

Demikian penuturan Profesor Russell Viner dari Institute of Child Health.

"Hal itu berpotensi menjadi krisis kesehatan masyarakat besar yang dipendam."

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/18/080000520/banyak-orangtua-tak-sadar-anaknya-obesitas-kok-bisa-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com