Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kembalikan Kejayaan Sepatu Bunut Khas Sumatera Utara

Dalam acara yang berlangsung "offline" itu, Ketua Umum APPSI, Sudaryono, dihadiahi sepatu bunut oleh Ketua APPSI Sumatera Utara, M Husni.

Langkah tersebut, menurut dia, sebagai upaya untuk mempromosikan sepatu khas Sumatera Utara yang hampir dilupakan masyarakat.

“Ini produk sepatu lokal Sumut, mohon ikut diperkenalkan ke luar Sumut agar para pedagang dan perajin sepatu bunut lebih dikenal, sehingga produk lokal Sumut eksis di pasar.”

Demikian penuturan M Husni dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (25/8/2021) kemarin.

Bunut merupakan nama kelurahan, tempat pusat kerajinan sepatu kulit itu berada.

Tepatnya berada di kawasan perlintasan Jalan Lintas Sumatera Utara, Batubara-Asahan, tak jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Asahan.

Sepatu bunut diklaim memiliki jahitan yang rapi, model yang timeless, dan beragam warna yang menarik. Sepatu ini dirasa cocok untuk ke kantor, dan juga untu acara kasual.

Berdasarkan informasi dari sejumlah literatur, sepatu bunut berawal ketika pengusaha asing mendirikan pabrik sepatu sekitar tahun 1970-an.

Saat itu, pabrik getah penghasil karet bernama Uni Royal -sekarang PT Bakrie Sumatera Plantantions-BSP- menjadi salah satu penyedia bahan baku sepatu bunut.

Pegawai di pabrik tersebut membuat sepatu bunut. Solnya berasal dari perkebunan karet, kulitnya dari Eropa.

Makanya tak heran jika sepatu tersebut diekspor ke berbagai negara, terutama Amerika Serikat.

Lalu, pemodal asing meninggalkan Asahan. Pabrik sepatu pun tutup dan seluruh karyawan dirumahkan.

Tahun 1987, beberapa karyawan berinisiatif memiliki usaha rumahan dengan modal ala kadarnya.

Namun perlahan, kejayaan Bunut memudar. Bahan baku yang sulit dicari membuat penjualannya "ambyar".

Belum lagi gempuran sepatu dari luar dan kurangnya modal, membuat pamor sepatu bunut semakin redup.

Nah, beberapa waktu lalu, perajin sepatu bunut dikirim ke Bandung untuk memelajari beberapa model sepatu.

Hingga akhirnya perajin-perajin itu memiliki kemampuan lebih dari segi model. Tak lagi hanya membuat sepatu yang "itu-itu saja".

Namun demikian -tentu saja, kejayaan sepatu bunut belum kembali. Sepertinya diperlukan sinergitas untuk mengembalikan kejayaan sepatu khas ini.

“Produk lokal kita tidak kalah dari produk luar negeri. Kita optimistis ke depan produk lokal bisa bersaing dengan produk luar dan dicintai masyarakat Indonesia," ucap Sudaryono saat menerima sepatu bunut tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/26/110000120/kembalikan-kejayaan-sepatu-bunut-khas-sumatera-utara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com