Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami Gaslighting, Kekerasan Mental yang Dituduhkan pada Lucas WayV

KOMPAS.com - Dunia Kpop diguncang isu soal skandal kekerasan mental yang dilakukan oleh Lucas, anggota WayV.

Bintang yang sedang naik daun itu dituding melakukan gaslighting kepada sejumlah perempuan, termasuk mantan kekasihanya.

Hal tersebut dilakukannya dengan kerap meminta dibelikan rokok, pakaian mahal, dan membayarkan hotel. Namun, idol SM Entertainment ini disebut tetap tidak setia dan malah berselingkuh meskipun semua keinginannya telah dipenuhi.

Tidak ada konfirmasi jelas soal tuduhan ini, tetapi pria berusia 22 tahun dan label yang menaunginya telah menyatakan permintaan maaf secara terbuka.

Gaslighting memang jenis kekerasan mental yang kerap terjadi di dalam hubungan antarmanusia, termasuk percintaan. Perilaku ini berupa taktik manipulatif yang erat kaitannya dengan relasi kuasa.

Dalam hubungan percintaan yang seharusnya individu yang terlibat setara, hal ini jelas tidak dibenarkan.

Jeremy Bergen, psikoterapis di Chicago, mengatakan, gaslighting adalah pelecehan emosional yang berbahaya karena menyebabkan seseorang mempertanyakan dirinya sehingga sulit untuk mengidentifikasi tanda-tanda peringatan.

"Ini adalah taktik yang digunakan satu pasangan dalam upaya untuk mengerahkan kekuasaan, mendapatkan kendali atas, dan menimbulkan kerusakan emosional pada yang lain," terang pakar dalam soal konseling individu, keluarga, dan pasangan ini.

Kecenderungannya, perilaku ini memicu terbentuknya hubungan personal yang tidak sehat alias toxic relationship. Jenis kekerasan ini bisa berkembang pada pola negatif lainnya, termasuk kekerasan fisik, seksual, ataupun gender.

Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang melakukan gaslighting pada pasangannya.

Ada yang mempraktikkannya karena percaya itu adalah jalan satu-satunya agar hubungannya tetap berjalan.

Motif lainnya, orang tersebut merasa lebih baik dari pasangannya sehingga boleh mengatur segala sesuatunya.

"Terkadang, ada perasaan tulus, 'Jika saya mengendalikan orang lain, saya merasa lebih baik tentang di mana saya berada,' dan pencarian kekuatan adalah sesuatu yang mengekspresikan dirinya dalam hubungan," jelas Bergen.

Namun, sering kali perilaku gaslighting muncul karena seseorang begitu menikmati memegang kontrol dan kekuasaan. Bergen menekankan, sejumlah penelitian membuktikan ada beberapa individu yang benar-benar merasa senang memiliki kendali atas orang lain.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/26/154926920/memahami-gaslighting-kekerasan-mental-yang-dituduhkan-pada-lucas-wayv

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com