Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tips Menghadapi Tetangga yang Berisik Selama Pandemi

KOMPAS.com - Mengalihkan semua aktivitas kita di rumah selama masa pandemi Covid-19 ternyata tidak semudah dan senyaman yang kita bayangkan.

Selain mengalami stres karena pekerjaan kantor dan rumah, kita mungkin juga dihadapkan dengan masalah tetangga yang berisik sehingga mengganggu produktivitas kita.

Seorang mediator di Accord Mediation di Burlington, Vt, Erik Wheeler mengatakan bahwa tetangga yang berisik bisa memicu ketegangan, apalagi di masa krisis seperti pandemi ini.

Jadi, tidak heran jika ketegangan cenderung akan menciptakan atau berlanjut menjadi konflik.

Tetapi, hanya karena kita merasa gelisah dan tidak nyaman, bukan berarti kita harus memicu pertengkaran dengan tetangga.

Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah dengan cara yang lebih positif, sopan, dan penuh hormat.  

Untuk itu, Wheeler pun membagikan empat tips menghadapi tetangga yang berisik saat kita sedang bekerja dari rumah, seperti berikut ini.

1. Mengajak bicara baik-baik

Sejujurnya tidak ada orang yang mau berkonfrontasi dengan tetangga mereka.

Pasti kita merasa canggung untuk memberi tahu orang lain tentang bagaimana orang itu harus berperilaku di rumah mereka.

Masalahnya adalah semakin lama kita menunggu untuk berbicara, maka kita akan semakin frustrasi mendengarkan tetangga yang berisik.

"Banyak orang menghindari untuk menghadapi situasi [seperti] tetangga yang berisik atau konflik lainnya," kata Wheeler.

"Kita biasanya akan terus menoleransinya sampai kita benar-benar marah, lalu meledak dalam kemarahan dan akibatnya justru lebih buruk," sambungnya.

Alih-alih berkonfrontasi yang bisa menimbulkan pertengkaran, Wheeler merekomendasikan kita untuk mengajak tetangga bicara dengan cara yang baik.

Kita juga bisa mengirim pesan atau SMS ke tetangga untuk menjaga ketenangan yang dapat menyelesaikan masalah dengan cepat dan mencegah drama.

Kita misalnya bisa menanyakan apakah suara dari rumah kita terdengar dan mengganggu mereka, lalu menyampaikan juga bahwa suara mereka terdengar.

Dengan saling mengetahui seberapa jauh suara kita bisa terdengar satu sama lain, kita bakal memiliki kesadaran untuk mengurangi polusi suara itu.

Sebagai catatan, bila kita masih juga belum bisa bicara dengan tetangga, kita bisa menyampaikan keluhan secara umum pada pengurus lingkungan, misalnya pada Ketua RT.

Dalam hal ini pengurus lingkungan bisa menyampaikan himbauan secara umum tanpa menunjuk nama, agar semua warga menghargai ketenangan.

2. Memahami situasi

Memiliki tetangga yang berisik adalah gangguan yang menyebalkan, terutama jika kita sedang melakukan sesuatu yang butuh ketenangan atau ingin menikmati tidur yang nyenyak.

Meskipun mudah untuk menganggap tetangga kita benar-benar tidak pengertian, luangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan sudut pandang mereka.

"Kita sering lupa untuk memahami situasi orang lain dan mengapa mereka berperilaku seperti ini," terangnya.

"Sangat mudah untuk jatuh ke dalam kesalahan yang bias dan menganggap mereka berperilaku seperti itu hanya karena mereka tidak memiliki tata krama," lanjut dia.

Tetangga kita mungkin menyadari bagaimana mereka berisik, tetapi mungkin juga mereka tidak tahu bahwa itu mengganggu kita.

Sebelum kita mulai memprotes tentang kebisingan yang mengganggu, sebaiknya temukan cara untuk terhubung sebelum membahas masalah tersebut.

Kita juga bisa menawarkan bantuan, misalnya memberi solusi bagaimana agar suara masing-masing tidak mengganggu. Misalnya dengan memasang lapisan kedap dan lainnya.

3. Saling berbagi perspektif

Menurut Wheeler, satu-satunya solusi yang produktif dan positif untuk dapat dilakukan adalah dengan saling berbagi dan memahami perspektif masing-masing.

"Ketika kita marah dan berkonfrontasi, kita sering lebih fokus untuk membuktikan bahwa orang lain itu salah," ungkapnya.

"Jika kita mengomunikasikan permintaan dan membantu mereka memahaminya, kemungkinan besar itu akan berjalan dengan baik dan menjaga hubungan dengan tetangga," ujar dia.

Dan jika kita meminta tetangga untuk tidak berisik, Wheeler merekomendasikan agar kita menjelaskan alasan mengapa kita membutuhkan kedamaian dan ketenangan.

Ini merupakan dasar untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan tetangga tanpa harus melibatkan ketegangan antara dua belah pihak.

4. Terhubung dengan tetangga kita secara baik

Apabila kita tidak tahu banyak tentang tetangga kita, maka kita akan mudah terjebak dalam pertukaran teks atau diskusi yang tegang.

Jadi, pikirkan ulang sebelum mengirimkan pesan yang mungkin dapat memicu konflik dengan tetangga kita.

"Kita cenderung tidak membuat asumsi yang salah dan meledak pada tetangga jika kita terhubung atau mengenal mereka sedikit," kata Wheeler.

Meskipun kita tidak perlu berteman baik dengan tetangga, namun ada baiknya jika kita mengenal mereka.

Lakukan hal-hal sederhana seperti perkenalan diri, berbagi nomor telepon, atau saling berkunjung ke rumah untuk sekadar ngobrol bersama.

"Hubungi tetangga sebelum ada konflik, kenali mereka, habiskan waktu bersama mereka," terang Wheeler.

"Ini akan membuahkan hasil, apalagi ketika mereka sedang berisik, akan lebih mudah untuk melakukan percakapan daripada konfrontasi," imbuh dia.

Hal tersebut dapat membuat percakapan yang jujur dan santai dengan tetangga kita, serta membuat pertemuan juga lebih menyenangkan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/09/27/162517320/tips-menghadapi-tetangga-yang-berisik-selama-pandemi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com