Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Uji Klaim Miss World Malaysia, Benarkan Batik Ada di Banyak Negara?

KOMPAS.com - Miss World Malaysia 2021, Lavanya Sivaji jadi sasaran kemarahan warganet Indonesia karena dianggap mengklaim batik.

Dalam salah satu unggahan Instagram miliknya, ia tengah mengenakan gaun berbahan batik, yang disebutnya dalam keterangan foto berasal dari Malaysia. Hal ini tentunya langsung membuat sejumlah warganet meradang karena ia dianggap mencomot kekayaan budaya Indonesia.

Lavanya Sivaji dianggap tidak memiliki wawasan budaya dan etika, yang seharusnya dikuasainya sebagai perwakilan negaranya dalam kontes kecantikan tersebut.

Belakangan, ia kemudian mengubah caption tersebut dengan kalimat yang lebih netral dan menutup kolom komentar di akunnya.

Tak cukup itu, wanita berkulit sawo matang itu juga menyampaikan ucapan permintaan maaf secara terbuka kepada publik Indonesia. Ia meminta maaf apabila unggahannya menyinggung banyak pihak sekaligus mengakui kata, desain dan sejarah batik berasal dari Jawa.

Namun ia juga menyatakan ada banyak negara lain yang mempraktikkan budaya ini termasuk Malaysia, Sri Lanka dan India.

"Saya mengakui kata Batik berasal dari Jawa serta desain dan sejarahnya. Namun, tidak sedikit negara lain yang mempraktekkan unsur budaya tersebut antara lain Malaysia, Sri Lanka, India dengan desain dan motifnya masing-masing." tulisnya dalam foto yang diunggah pada Kamis (21/10/2021) ini.

Benarkah batik ada di banyak negara selain Indonesia?

Educational Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk lisan dan non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) asal Indonesia pada 2009.

Ketetapan ini sekaligus meresmikan Indonesia sebagai negara pemilik budaya menggambar kain dengan lilin ini.

Hal ini pulalah yang membuat publik kerap heboh apabila ada pemberitaan maupun statement yang menyatakan batik berasal dari negara lain selain di Indonesia.

Dikutip situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kata batik memang berasal dari bahasa jawa yakni tritik. 

Kata batik berasal dari gabungan dua kata "amba" yang bermakna menulis, dan "titik" yang bermakna titik.

Batik juga berasal dari kata "ambatik" yang artinya sebuah kain dengan banyak titik. Akhiran "tik" berati titik, tetes atau ujung yang dipakai untuk membuat sebuah titik.

Batik di nusantara mulai berkembang sejak zaman Majapahit, yakni sekitar abad ke-14. Kala itu, batik hanya dipakai oleh anggota kerajaan dengan motif yang juga terbatas.

Namun, soal asal usul batik memang masih belum ada kejelasan yang pasti sampai saat ini.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada (12/07/2020), sebagian ahli berpendapat jika batik yang banyak dikenal di Pulau Jawa berasal dari India dan adapula yang menyakini kerajinan ini datang dari China.

Namun teknik menghalangi warna untuk menciptakan pola yang diaplikasikan di pembuatan batik memang berkembang paling pesat di Indonesia.

Seperti dimuat di Kompas.com, (21/10/2021), Antropolog dan pemerhati batik, Notty J Mahdi berpendapat ada benarnya apabila Miss World Malaysia menyatakan batik juga ada di luar Indonesia.

Alasannya, sejumlah kain batik dengan motif sederhana dengan kuas khusus juga ditemukan di China. Selain itu, India dan Srilanka juga masih memproduksi batik-batik dengan teknik cap.

Hanya saja, batik Indonesia memiliki identitas yang lebih kuat karena menggunakan malam sebagai perintang warna dan menggunakan alat canting untuk membatiknya.

Menurut Notty, pernyataan Miss World Malaysia 2021 yang mengatakan batik ada di negara lain kemungkinan menggambarkan pemahamannya yang masih terbatas. Lavanya tidak mengetahui jika teknik batik ada berbagai macam.

Misalnya saja seperti teknik batik tulis dengan canting dan perintang warna menggunakan malam. Adapula batik cap dan perintang warna dengan malam, serta teknik batik tulis dan cap (caplis) dengan menggunakan malam panas atau dingin.

"Ini semua adalah teknik pembuatan batik khas yang hanya dimiliki oleh orang-orang Jawa dan Sumatera di Indonesia," ungkap Notty.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/22/123819820/uji-klaim-miss-world-malaysia-benarkan-batik-ada-di-banyak-negara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com