Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Wanita Bertahan dalam Hubungan Penuh Kekerasan?

KOMPAS.com - Kekerasan dalam hubungan asmara (abusive relationship) bisa dialami pria atau wanita, dan datang dalam berbagai bentuk.

Khusus bagi wanita yang menjadi korban abusive relationship, terkadang mereka cenderung mudah memaafkan pria atas perilakunya yang kasar dan selalu kembali ke hubungan yang beracun.

Alih-alih memandang buruk pasangannya karena melakukan tindakan kekerasan, wanita yang menjadi korban justru mencoba mengubah dirinya agar mereka bahagia dan berharap sifat kasar pasangan akan memudar.

Apa saja tanda yang menunjukkan wanita tetap bertahan pada abusive relationship?

1. Suka menyalahkan diri sendiri

Individu yang kasar menargetkan orang dengan harga diri rendah dan selalu melihat kebaikan orang lain. Kedua tipe orang tersebut lebih mudah dimanipulasi.

Jika pasangan kita kasar, maka ia memiliki ego yang tinggi dan memikirkan dirinya sendiri agar merasa lebih baik. Ia melihat kita sebagai sosok yang hadir untuk memuja dan mematuhinya.

Orang yang kasar juga memerlukan orang lain untuk disalahkan alias menjadi kambing hitam.

Wanita dengan harga diri rendah akan dengan mudahnya memercayai bahwa mereka bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.

Di awal berkencan, wanita terpikat oleh sisi karismatik pria abusive, namun perlahan-lahan pasangan akan mulai menunjukkan sisi gelapnya.

Setelah menetapkan aturan dasar dalam hubungan, pasangan yang kasar akan melakukan gaslighting untuk memperkuat kendalinya terhadap diri kita.

Apabila wanita merasa pasangannya berkemungkinan meninggalkannya, wanita itu akan berbuat apa pun agar bisa kembali ke pasangan.

Pasangan abusive juga lihai membuat kita merasa bersalah karena meninggalkan dia, seolah-olah hanya kita yang sanggup mengubahnya.

2. Kecanduan terhadap pasangan yang kasar

Pelecehan yang dilakukan pasangan pada akhirnya akan membuat kita mengembangkan kecanduan yang tidak sehat terhadap pasangan.

Tanpa kita sadari, pasangan ingin mengendalikan kita, sementara kita juga ingin mengendalikan si dia.

Di saat pasangan melakukan pelecehan kepada kita, ia merasa memegang kendali penuh, dan ketika dia menyesal, kitalah yang memiliki kendali atas hubungan itu.

Kita meyakini diri kita mampu menyelamatkan pasangan. Perasaan ini bekerja dua arah, di mana kita ingin merasa dibutuhkan dan pasangan bergantung pada kita.

Hal itu membuat kita merasa istimewa dan diinginkan, itu sebabnya kita terus memberikan kesempatan pada pasangan yang kasar.

3. Yakin pasangan akan berubah

Pasangan abusive hanya membutuhkan kita untuk menunjukkan cinta kita kepadanya. Kita bisa melihat sifat asli dan sisi negatif pasangan.

Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki pasangan, tetapi kita masih berharap dan bertahan dalam hubungan meski sudah mengalami pelecehan.

4. Takut dengan masa depan

Kekhawatiran akan masa depan yang belum pasti dapat terasa menakutkan, apalagi jika membayangkan masa depan kita tanpanya.

Terkadang, kita merasa takut kehilangan pasangan dan tidak memikirkan nyawa kita akibat pelecehan yang dilakukannya.

Akibatnya kita pun bertahan dalam abusive relationship setiap kali pasangan meminta maaf. Intinya, kita terus memercayai pasangan akan berubah.

Keluar dari abusive relationship adalah hal yang sulit, sementara di sisi lain keinginan untuk kembali ke pelukan pasangan sangat kuat.

Hanya satu permintaan maaf atau pelukan dari pasangan, dan kita pun terjebak dengan memberi kesempatan lagi pada pasangan.

Kita harus lebih kuat, lebih percaya pada diri kita daripada tindakan yang kita lakukan pada pasangan yang kasar dan mengambil sikap sebelum memikirkan orang lain.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/04/080927120/kenapa-wanita-bertahan-dalam-hubungan-penuh-kekerasan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com