Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ingin Cek Kesehatan Jantung? Coba Pakai Aplikasi "Jantungku"

"Penyakit jantung menjadi penyebab kematian pertama di Indonesia."

Demikian dikatakan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki)) Kota Bandung, Syarief Hidayat di Bandung, Senin (20/12/2021).

Syarief menjelaskan, berdasarkan temuan terbaru, penyakit ini jadi penyebab sepertiga dari seluruh kematian yang ada di dunia pada tahun 2019. Jumlah kematiannya juga terus meningkat.

Pada 2020, hampir 10 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit jantung. Angka ini belum termasuk angka di 2021.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memprediksi pada 2030 mendatang orang yang meninggal akibat penyakit jantung bisa menyentuh angka 50 juta per tahun.

Sedangkan jumlah dokter spesialis jantung dibanding masyarakat yang harus dilayani masih sangat kurang.

Berdasarkan catatan Perki, jumlah dokter kardiovaskular hanya 860 orang. Jumlah itu pun kebanyakan berada di Jawa.

Aplikasi Jantungku

Berangkat dari kondisi inilah, maka dibuat aplikasi Jantungku.

Aplikasi ini diharapkan memudahkan pasien atau masyarakat mencegah dan berkonsultasi mengenai penyakit jantung.

Founder Jantungku yang juga dokter spesialis jantung, Agus Thosin mengatakan, ada sembilan fitur dalam aplikasi tersebut.

Pertama, fitur catatan medis, di mana pasien tidak perlu repot membawa berbagai macam dokumen saat kontrol atau pengobatan.

"Seluruh data kesehatan pengguna Jantungku tersimpan dalam teknologi blockchain, sehingga tidak perlu khawatir data hilang, atau diakses orang lain tanpa seizin pengguna yang bersangkutan," ucap dia.

Kedua, kalkulator kesehatan. Fitur ini sebagai upaya pencegahan penyakit jantung.

Dalam fitur ini, individu dapat menghitung persentase kemungkinan mereka terkena penyakit jantung, sehingga bisa mencegahnya.

Ketiga pengingat obat dan kontrol. Keempat, menghitung makanan dan kalori.

Lalu, kelima tentang informasi fasilitas kesehatan jantung terdekat. Keenam artikel kesehatan.

Ketujuh, penanganan penyakit jantung mandiri dengan AI. Aplikasi ini akan membantu pengguna bila terdapat gejala sakit yang diduga karena gangguan jantung.

"Sehingga dapat diberikan informasi oleh aplikasi apakah disarankan untuk pergi ke dokter jantung atau tidak perlu," imbuh dia.

Ke delapan, pertolongan pertama. Terakhir konsultasi online dengan dokter spesialis jantung.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/20/173614220/ingin-cek-kesehatan-jantung-coba-pakai-aplikasi-jantungku

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com