Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspada Perselingkuhan! Kenali Bentuk dan Dampaknya

UNTUK menciptakan keharmonisan dalam hubungan asmara, diperlukan komunikasi yang jelas dan terbuka antarpasangan.

Akan tetapi, hal tersebut tidaklah cukup. Rasa saling percaya dan menghargai keberadaan pasangan juga diperlukan agar keduanya memiliki kesetiaan.

Selain itu, ketika suatu hubungan menghadapi masa-masa sulit atau masalah, peran keduanya sangat penting.

Hal ini dilakukan karena masalah tak bisa diselesaikan oleh salah satu pihak. Keduanya harus saling memberikan semangat agar mengurangi rasa sedih dan membantu proses pemulihan dari stres yang dialami.

Sayangnya, tidak semua orang mengalami hubungan yang menjunjung rasa harmonis dan setia.

Di luar sana, banyak sekali hubungan hancur karena pasangan tidak berterus terang dan cenderung menyembunyikan sesuatu, bahkan mereka telah memiliki pasangan baru di luar dari hubungan. Fenomena ini disebut sebagai selingkuh.

Menurut Psychology Today, perselingkuhan dalam hubungan disebut sebagai infidelity.

Lebih lanjut, infidelity adalah pelanggaran janji untuk tetap setia pada pasangan romantis, baik itu janji dalam sumpah pernikahan atau kesepakatan antarpasangan.

Macam-macam bentuk perselingkuhan

Perselingkuhan dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Buku Surviving infidelity: Making decisions, recovering from the pain oleh Subotnik dan Harris dalam artikel "Proses Healing Pada Istri Yang Mengalami Perselingkuhan Suami" menjelaskan bahwa terdapat empat bentuk perselingkuhan.

Penggolongan bentuk ini didasarkan pada peran emosional dari pasangan yang berselingkuh.

Pertama, serial affair, yaitu perselingkuhan yang didasarkan pada minimnya intimasi emosional dan lebih mengedepankan intimasi seksual dengan selingkuhannya.

Umumnya, hubungan ini dilakukan atas kenikmatan semata, seperti seks.

Kedua, flings, yaitu bentuk serial affair yang tidak dilakukan berulang kali. Bentuk perselingkuhan ini dilakukan paling banyak satu kali saja.

Ketiga, romantic love affair, yaitu perselingkuhan yang sudah memiliki hubungan emosional mendalam.

Perselingkuh memiliki suatu nilai besar dalam hubungan perselingkuhannya. Oleh karena itu, hubungan bersama pasangan resminya terancam hancur, bahkan bisa mengalami perpisahan.

Keempat, long term affair, yaitu hubungan romantic love affair yang sudah terjalin dalam waktu lama.

Hubungan perselingkuhan ini dapat terjadi selama bertahun-tahun bahkan berjalan bersamaan dengan hubungan resmi.

Tidak jarang, bentuk perselingkuhan ini telah membuat peselingkuh lebih nyaman dengan hubungan barunya.

Terlepas dari berbagai macam bentuk yang ada, perselingkuhan selalu menimbulkan efek psikologis. Bahkan, tindakan ini memiliki akibat yang fatal bagi korbannya.

Dampak buruk bagi para korban

1. Perasaan sakit hati mendalam

Perselingkuhan adalah bentuk pengkhianatan kesetiaan yang dianalogikan seperti ditusuk pisau dari berbagai arah.

Rasa sakit yang dialami oleh korban bisa sangat membekas di hatinya. Bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit fisik.

Merasa sedih, marah, dan kecewa adalah hal yang wajar karena mereka adalah ungkapan sakit hati akibat diselingkuhi.

Akan tetapi, jangan biarkan perasaan itu terus berlarut hingga merusak pola pikir dan mengganggu produktivitas.

Selain itu, sakit hati yang dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan gangguan psikologis yang lebih buruk.

2. Mempertanyakan dan menyalahkan diri sendiri

Berbagai macam pertanyaan akan diajukan ke diri sendiri mengapa perselingkuhan dapat terjadi, misalnya seperti ini.

Mengapa perselingkuhan ini bisa terjadi? Apakah aku juga menjadi faktor dari perselingkuhan ini?

Bagaimana jika ternyata perselingkuhan ini diakibatkan aku kurang cantik di mata pasanganku? Apakah aku kurang memberikan kasih sayang dan cinta untuknya?
Dan seterusnya.

Setelah terus-terusan bertanya, kemudian korban akan lebih sering menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab retaknya hubungan.

Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti dengan baik, dikhawatirkan bisa menyebabkan korban menjadi kehilangan kepercayaan dirinya, merasa tidak punya harga diri, dan sulit terbuka dengan orang lain.

3. Trauma, depresi dan gangguan mental

Riset yang dipublikasi oleh Elsevier menunjukkan bahwa perselingkuhan dapat meningkatkan risiko mengalami kecemasan dan depresi akibat stres.

Selain itu, Dr. Dennis Ortman, psikolog asal Amerika Serikat, dalam PsychCentral menjelaskan bahwa seseorang yang menemukan bahwa pasangannya selingkuh bisa mengalami trauma.

Ortman kemudian menamakan trauma akibat perselingkuhan sebagai Post-Infidelity Stress Disorder.

Jika tidak segera ditangani, maka trauma dan depresi ini dapat berujung ke gangguan mental yang lebih serius.

Dalam episode kesepuluh siniar Momen Satu Kali, Daniel dan Shesa bercerita tentang drama perselingkuhan yang sedang ramai di jagad media sosial, yaitu "Layangan Putus".

Dengarkan episode “Gara-gara Layangan Putus" dari siniar Momen Satu Kali atau episode lainnya di Spotify dan YouTube Sonora FM.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/04/084500820/waspada-perselingkuhan-kenali-bentuk-dan-dampaknya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com