Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Tanda Kantor Punya Budaya Kerja Toksik, Bisa Ditebak Saat Interview

Menurut penelitian yang dianalisis oleh situs pencarian kerja Glassdoor, lingkungan kerja yang toksik 10 kali lipat dihindari para karyawan dalam meniti karier.

Hal ini mengalahkan beberapa alasan lain pekerja resign dari kantor -termasuk soal gaji, kompensasi hingga keuangan perusahaan yang tidak stabil.

Budaya kerja toksik dapat didefinisikan sebagai ritme kerja yang tidak etis, pekerja merasa tidak dihargai, atau pun manajemen yang tidak adil.

Juga soal rekan kerja yang suka "menusuk dari belakang" hingga alasan pemutusan kerja karyawan yang tidak jelas.

Demi kesejahteraan dan ketenangan para pekerja, budaya kerja tersebut memang sebaiknya dihindari.

Beruntung, rupanya budaya kerja toksik semacam ini bisa ditebak saat kita menjalani sesi wawancara.

Berikut ini adalah enam tanda kalau sebuah perusahaan memiliki budaya kerja yang tak menyenangkan semacam itu.

1. Meremehkan pekerjaan si kandidat

Ketika ada satu pembicaraan yang membuat pelamar merasa terpojok atau diremehkan kinerja di perusahaan sebelumnya, maka hal itu bisa menjadi pertanda bahwa kantor tersebut mempunyai budaya kerja toksik.

"Ini adalah tanda-tanda klasik intimidasi. Ada beberapa perilaku yang tidak pantas terjadi di kantor itu."

Demikian penjelasan E. Kevin Kelloway, ketua penelitian psikologi kesehatan kerja di Universitas St. Mary.

2. Manajer tak ingin calon pelamar berbicara dengan orang lain

Dalam lingkungan kerja yang sehat, karyawan bebas untuk jujur tentang bagaimana rasanya bekerja di sana.

Tetapi di tempat kerja yang toksik, bos dengan ketat mengontrol cara karyawan berkomunikasi, bahkan kepada calon karyawan baru.

3. Pewawancara tidak mengakui kekurangan perusahaan

Jika pewawancara tidak mau jujur tentang kelemahan tim atau organisasi, itu adalah tanda bahwa kantor punya budaya kerja toksik.

"Tempat kerja yang sehat memiliki keamanan secara psikologis untuk mengetahui dan memberi tahu soal kekurangan yang dimiliki."

"Jika ada kesalahan yang disembunyikan, perilaku toksik ini bisa menguras energi para karyawannya," ujar Laura Gallagher, psikolog organisasi di perusahaan konsultan.

4. Cara berkomunikasi pewawancara "lebay"

Jika pewawancara berbicara soal kehebatan perusahaan dalam meraih sesuatu tanpa ada celah atau citra buruk yang diceritakan, itu bisa menjadi tanda selanjutnya.

"Jika ada sesuatu yang menurut kita tidak sesuai dengan nilai yang kita bagikan, mungkin itu bukan budaya yang tepat untuk kita."

Demikian kata Manuela Priesemuth, profesor Manajemen dari Universitas Villanova.

5. Tak ada penjelasan lebih rinci soal perjanjian kerja

Sesi interview merupakan waktu yang tepat untuk mendapat kejelasan soal pekerjaan. Jika HRD menolak untuk menjawab pertanyaan tentang perjanjian kerja, itu adalah tanda bahaya.

Sebelum mulai bekerja, baiknya ketahui dulu lebih detil soal perjanjian kerja.

Jika cenderung mengalihkan pembicaraan bisa saja ada aturan yang disembunyikan dan berdampak pada kinerjamu saat bekerja kelak.

6. Karyawan terlihat seperti sedang tertekan

Salah satu petunjuk halus dari tempat kerja yang toksik adalah memantau ekspresi yang terpancar dari raut wajah orang yang sudah bekerja di perusahaan itu.

Coba pahami beberapa tanda berikut; bagaimana kita disambut saat datang wawancara?

Apakah orang-orang di sana terlihat bahagia? Apakah mereka menghindari kontak mata? Apakah ada yang teriak di kantor? Atau mobilitas mereka terkesan sibuk sekali?

Suasana di sana dapat memberi petunjuk soal budaya kerja. Jangan sampai tidak menyadari beberapa tanda di atas, malah kita "terjebak" di budaya kerja toksik.

Lebih baik ikuti insting dan siapkan mental untuk menolak tawaran jika memang kita diterima di perusahaan tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/11/104238220/6-tanda-kantor-punya-budaya-kerja-toksik-bisa-ditebak-saat-interview

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com