Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Isu Besar di Balik Hilangnya Pasar Nike dan Adidas di China

Menurut analisis Bloomberg yang menunjuk pada krisis kapas Xinjiang pada awal 2021, hal ini disebabkan adanya penolakan nasionalistik terhadap tuduhan kerja paksa yang dilakukan oleh kedua merek tersebut.

Kontroversi berpusat pada dugaan penggunaan kerja paksa untuk memproduksi kapas di wilayah otonomi Xinjiang, yang merupakan rumah bagi komunitas Uighur China dan etnis minoritas lainnya.

Isu kerja paksa

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang.

Para kritikus mengklaim bahwa apa yang disebut sebagai "pusat pendidikan" di sana sebenarnya adalah penjara dalam praktiknya.

Pada Januari 2021, mantan Presiden Donald Trump juga melarang semua impor kapas dari Xinjiang.

Trump juga melarang impor atas produk yang terbuat dari bahan tersebut dan menyatakan bahwa China telah melakukan genosida.

Kemudian pada bulan Desember, sebuah pengadilan independen di London memutuskan bahwa China bersalah atas genosida dengan menggambarkan bagaimana beberapa orang Uighur tewas akibat dari pekerjaan atau aktivitas fisik yang berlebihan.

Berdasarkan analisis mendalam Bloomberg, kontroversi kapas pada Maret 2021 tampaknya kembali meningkat setelah beberapa merek Barat lainnya diduga turut menggunakan kerja paksa di Xinjiang.

Merek-merek itu termasuk H&M, Converse, Burberry, Zara, Hugo Boss, Gap, dan sebagainya.

"Kami prihatin dengan laporan kerja paksa yang wilayah otonomi Uighur Xinjiang (XUAR)," kata pihak Nike dalam sebuah pernyataan.

"Nike tidak mengambil produk dari XUAR dan kami telah mengonfirmasi dengan pemasok kontrak kami, mereka tidak menggunakan tekstil atau benang pintal dari wilayah tersebut," sambung Nike.

Sama seperti Nike, Adidas juga mengeluarkan pernyataan telah menghentikan pengambilan produk kapas atau benang dari wilayah tersebut.

"Pada tahun 2019, setelah mengetahui tuduhan terhadap beberapa perusahaan yang mengambil sumber dari kerja paksa di Xinjiang, Cina, kami secara eksplisit mewajibkan pemasok kain kami untuk tidak mencari benang apa pun dari sana."

"Adidas tidak pernah memproduksi barang di Xinjiang dan tidak memiliki hubungan kontrak dengan pemasok Xinjiang mana pun," demikian penegasan merek tersebut.

Beralih ke produk lokal China

Analisis baru pun menunjukkan bahwa dampak — setidaknya untuk Nike dan Adidas — terjadi secara instan karena kedua merek kehilangan pangsa terbesar di pasar sneaker China ke pesaing lokal.

Anta Sports Products Ltd. dan Li Ning Co., yang menerbitkan pernyataan mendukung kapas Xinjiang, berhasil mengambil alih pasar dan memanfaatkan kemarahan nasionalistik terhadap merek-merek Barat.

Bloomberg mencatat bahwa pada akhir Januari 2022, Li Ning dan Anta menguasai 28 persen pangsa pasar, sementara Nike dan Adidas masing-masing berada di urutan ketiga dan keempat.

China, pada bagiannya, dengan keras membantah semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.

Inilah yang kemudian menyebabkan beberapa negara akhirnya mengumumkan boikot diplomatik dalam beberapa minggu menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

"Penggunaan platform Olimpiade oleh AS, Australia, Inggris, dan Kanada untuk manipulasi politik tidak populer, serta mengasingkan diri," kata Jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin.

"Mereka pasti akan membayar harga atas kesalahan mereka," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/26/060000820/isu-besar-di-balik-hilangnya-pasar-nike-dan-adidas-di-china

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke