Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ingin Berkarier di "Startup E-Commerce"? Ketahui Sejumlah Hal Berikut

USAHA di sektor digital di Indonesia semakin melejit. Penerapan digitalisasi dan revolusi industri 4.0 oleh beragam startup yang marak bermunculan akhir-akhir ini mendorong kemajuan ekonomi digital di Indonesia.

Diperkirakan tahun 2025, ekonomi digital Indonesia akan mencapai nilai 124 miliar dollar AS atau setara dengan 40 persen total nilai ekonomi digital Asia Tenggara (Nurhadi, 2021).

Perpaduan antara perbaikan infrastruktur, pertambahan jumlah penduduk kelas menengah dan generasi muda yang melek teknologi, perubahan pola konsumsi masyarakat, dan persebaran teknologi serta informasi digital yang semakin merata di tengah pandemi Covid-19 telah menciptakan iklim yang optimal bagi perkembangan sektor terpopuler startup, yaitu electronic commerce (e-commerce) di Indonesia (GlobalData, 2022).

Apa itu startup dan e-commerce?

Eric Ries, pencipta metodologi Lean Startup mendefinisikan startup sebagai institusi yang dirancang untuk menciptakan produk atau layanan baru di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian (McGowan, 2022). Secara teknis, startup adalah perusahaan yang berada dalam tahap awal perkembangan.

Startup identik dengan beberapa ciri berikut: berfokus pada pertumbuhan, bertujuan untuk memecahkan suatu masalah, berkomitmen untuk mengubah status quo, berfungsi untuk memenuhi kesenjangan di pasar, dan bersifat adaptif serta inovatif (McGowan, 2022).

Definisi e-commerce merujuk pada segala bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan melalui media elektronik, seperti televisi, smartphone, ataupun internet (Wigand, 1997).

Sebagai pemimpin di Asia Tenggara, pasar e-commerce Indonesia tahun ini diperkirakan tumbuh hingga delapan kali lipat dibandingkan tahun 2018 dan penetrasi e-commerce pada para pengguna internet akan meningkat menjadi 83 persen (Das et al., 2018).

Berdasarkan laporan terbaru dari Momentum Works, sektor e-commerce Indonesia menyumbang 20 persen dari total penjualan ritel pada 2020, melebihi angka yang diraih di Amerika Serikat (AS), Prancis, Denmark, Norwegia, Swedia, dan Spanyol (Momentum Works, 2021).

Sebagai bangsa dengan usia penduduk rata-rata 31,1 tahun, Indonesia menyaksikan peningkatan jumlah penduduk angkatan kerja yang melek teknologi (JP Morgan, 2020). Dengan menyadari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi digital dan munculnya beragam startup di sektor e-commerce belakangan ini, tidak heran jika anak muda Indonesia yang sudah akrab dengan e-commerce tergiur untuk mengejar karier di industri tersebut.

Sejumlah hal yang perlu diketahui

Namun, perlu diingat bahwa bekerja di startup tidak selalu seindah yang dibayangkan. Agar tidak menyesal di kemudian hari, simak dulu beberapa hal di bawah ini sebelum memutuskan untuk terjun ke industri startup e-commerce.

Mayoritas startup di Indonesia belum mencapai level unicorn. Gambaran startup dalam benak masyarakat umum Indonesia identik dengan startup unicorn, seperti GoTo (Gojek and Tokopedia), Bukalapak, dan Traveloka. Nyatanya, sebagian besar startup lokal masih jauh dari level unicorn. Kebanyakan baru setingkat cockroach, ponies, dan centaurus. Sebagai perbandingan, valuasi (nilai ekonomi suatu perusahaan) unicorn mencapai 1 miliar dollar AS atau Rp 14,1 triliun.

Sedangkan angka valuasi cockroach hingga centaurus berada di bawah 100 juta USD atau Rp 1,40 triliun sehingga mereka harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pendanaan dari investor (Rifka, 2021).

Untuk mencapai level unicorn ke atas, startup membutuhkan dedikasi dan pengorbanan yang besar dari para karyawannya. Sering kali yang terjadi di startup adalah pertumbuhan bisnis yang pesat tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah sumber daya manusia sehingga beban kerja karyawan sangat besar dan mereka harus rela untuk bekerja setiap hari dengan jam kerja yang jauh melewati batas normal.

Jika berminat untuk bekerja di startup yang baru saja dirintis, maka perlu mempersiapkan diri untuk mengorbankan work-life balance.

Lingkungan kerja startup yang dinamis, adaptif, dan inovatif menuntut karyawan untuk memiliki kualitas yang sama. Demi meningkatkan daya saing perusahaan, karyawan dituntut untuk terus berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Selain itu, karyawan harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan segala perubahan secara cepat, mulai dari alur dan deskripsi pekerjaan hingga struktur organisasi dan regulasi perusahaan. Namun, tuntutan ini diimbangi oleh kebebasan untuk melontarkan ide dan kemudahan dalam merealisasikan ide tersebut.

Lingkungan yang dinamis disertai beragam ketidakpastian, seputar masa depan perusahaan dan karyawan sehingga orang yang ingin terjun di industri startup e-commerce harus berani mengambil risiko kehilangan pekerjaan.

Lingkungan kerja startup cocok bagi mereka yang memiliki inisiatif tinggi, cepat bosan, senang menerima tantangan, gemar menjelajahi hal baru, tidak perhitungan, dan tidak keberatan untuk menghadapi ketidakpastian dalam bekerja.

Kebebasan dan fleksibilitas datang dengan tanggung jawab lebih. Mayoritas startup memberi kebebasan bagi karyawan dalam hal berpakaian, jam masuk kerja, dan tempat kerja. Tetapi, kebebasan tersebut harus dibalas dengan kinerja yang optimal. Tidak jarang fleksibilitas jam kerja di startup memiliki arti tersembunyi, yaitu bekerja tanpa kenal waktu. Artinya, bekerja jauh melebihi delapan jam per hari dan tetap bekerja di hari libur.

Kesempatan untuk belajar hal baru terbuka lebar, begitu pun kesempatan untuk mengerjakan tugas di luar deskripsi pekerjaan. Akibat SOP (standard operating procedure/prosedur operasi standar) yang belum pasti dan keterbatasan tenaga kerja, karyawan startup didorong untuk belajar hal-hal baru, baik di dalam maupun luar ranah posisi dan deskripsi pekerjaan mereka.

Proses pembelajaran yang berlangsung cepat membuat karyawan bertumbuh menjadi tenaga kerja berkualitas dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, banyak orang menggunakan startup sebagai batu loncatan untuk mengembangkan karir mereka.

Startup memberikan peluang besar bagi karyawan untuk menggali ilmu sedalam-dalamnya, menambah koneksi, merasakan kepuasan dari keberhasilan suatu proyek yang digarap dari nol, dan mengalami hal-hal yang mungkin tidak akan dialami jika bekerja di perusahaan besar.

Bagi para lulusan baru yang memprioritaskan pengembangan keterampilan dan penambahan wawasan, startup adalah pilihan yang tepat.

* Jessica Chandhika dan P Tommy YS Suyasa adalah dosen di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Gabriela Carissa Averina mahasiswa fakultas yang sama.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/04/18/101905720/ingin-berkarier-di-startup-e-commerce-ketahui-sejumlah-hal-berikut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke