Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pentingnya Keterlibatan Orangtua bagi Perkembangan Psikologis Anak

Kemudian anak beranjak besar dan mulai masuk sekolah, pada saat itulah sang anak berada pada lingkungan baru yang membantunya membentuk jati diri.

Di masa pertumbuhannya, anak juga perlu menyatu dengan anak-anak seusianya di lingkungan bermainnya.

Selama 12 tahun lebih ketika di lingkungan pendidikan, anak berpisah dengan orangtuanya untuk membangun hidupnya sendiri di tengah masyarakat.

Banyak sekali lingkungan yang dijalani anak dan dapat memengaruhinya. Namun ada satu lingkungan yang seringkali dilupakan oleh banyak orang, padahal memiliki dampak yang sama besarnya dengan lingkungan lain, yakni keluarga.

Lingkungan keluarga adalah tempat yang penting di mana anak pertama kali belajar bagaimana ia memahami tentang dunia.

Ketika anak dilahirkan kedunia hingga masuk sekolah, masa itu diisi orangtua untuk memperkenalkan dunia pada sang anak.

Dalam melibatkan dirinya dengan sang anak, orangtua dapat menunjukkan salah satu dari empat tipe pola asuh, yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved.

  1. Pola asuh authoritative akan terlibat pada kehidupan anaknya secara hangat dan responsif, aturan yang jelas, ekspektasi tinggi, mendukung, dan menghargai kebebasan sang anak.
  2. Pola asuh authoritarian akan melibatkan dirinya dengan sang anak secara tidak responsif, aturan yang mengikat, ekspektasi tinggi, dan kepatuhan secara penuh dari sang anak.
  3. Pola asuh permissive akan melibatkan dirinya secara hangat dan responsif, sedikit aturan, ekspektasi yang rendah, dan toleran.
  4. Pola asuh uninvolved akan melibatkan dirinya secara dingin dan tidak responsif, tanpa aturan, tidak berekspektasi apapun, dan cuek.

Orangtua yang melibatkan dirinya secara authoritative akan menghasilkan anak dengan kemampuan akademik yang tinggi, kepercayaan diri tinggi, kemampuan sosial yang baik, dan sedikit pelanggaran.

Orangtua yang mengasuh anaknya secara authoritarian, maka sang anak akan memiliki performa akademik yang rendah, tingkat percaya diri yang rendah, kemampuan sosial yang rendah, dan penyalahgunaan obat atau kejahatan.

Kemudian, anak dengan orangtua yang permissive memiliki perilaku yang impulsif, egois, kemampuan sosial yang buruk, dan hubungan yang bermasalah.

Berbeda pola asuh authoritative, dengan orangtua yang melibatkan dirinya secara uninvolved akan menghasilkan anak dengan perilaku yang impulsif, melakukan banyak pelanggaran, penyalahgunaan obat, dan bisa berakhir pada bunuh diri.

Mengacu pada teori keterikatan, Baumeister dan Leary (1995) memiliki anggapan bahwa hubungan afeksi sejak dini antara anak dan orangtua dapat memberikan pengaruh yang signifikan sepanjang kehidupan.

Dengan orangtua memberikan kepedulian dan dukungan pada anak, mampu memupuk perkembangan rasa aman untuk sang anak yang menjadi pondasi dari perkembangan sosioemosional yang sehat.

Kepedulian dan dukungan yang merupakan afeksi sejak dini membuat sang anak belajar bahwa kebutuhan mereka mampu untuk dipenuhi dan memberikan pengaruh kepada orangtua mereka.

Perkembangan sosioemosional yang sehat inilah yang akan memberikan panduan pada pikiran, perilaku, dan ekspektasi sang anak ketika beranjak dewasa nantinya.

Ketika usia remaja nantinya, hubungan pada orangtua inilah yang membuat anak mampu untuk merasa tetap stabil, terlebih lagi di masa pubertasnya.

Penting juga bagi orangtua membekali sang anak agar siap terjun pada lingkungan yang baru.

Orangtua bisa membantu perkembangan sang anak dengan cara merangsang kognitifnya seperti menyediakan materi edukasi dan mengajak anak pada kegiatan edukasional.

Beberapa perilaku orang yang dapat merangsang kognitif anak seperti mengajak anak ke museum atau planetarium sebagai kegiatan edukasional.

Hasil analisis oleh Hill dan Tyson (2009) menunjukkan perbedaan keterlibatan orangtua ketika anak masih SD dan ketika SMP dan seterusnya.

Dengan orangtua mengawasi dan membantu pekerjaan rumah sang anak, mampu memberikan hasil positif karena adanya kesempatan untuk menyediakan materi edukasi dan menumbuhkan kemampuan akademik yang positif di antara teman-temannya.

Namun apabila anak sudah SMP akan memberikan dampak yang buruk karena sang anak sudah memiliki kepercayaan diri bahwa mereka memiliki kapasitas untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Dengan adanya usaha dari orangtua, anak memiliki potensi keberhasilan akademik yang lebih baik dan berkurangnya masalah perilaku.

Selain itu, Parke dan Buriel (2006) berpendapat bahwa anak yang memiliki kemampuan kognitif yang diberikan orangtuanya cenderung mampu berhasil dalam lingkungan akademiknya dan hubungan sosialnya.

Usaha-usaha orangtua dalam memberikan pengalaman berkualitas dan interaksi dengan anak memberikan sang anak informasi mengenai diri mereka sendiri sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk berhasil, sebagai seorang pembelajar yang mandiri, sebagai orang yang mampu untuk berhubungan dengan orang lain di lingkungan, dan memberikan kesempatan untuk memenuhi tujuan pribadi sang anak yang bermanfaat untuk perkembangannya.

Keterlibatan orangtua yang memenuhi kebutuhan psikologis seperti kompetensi, otonomi, dan keterkaitan sang anak akan menunjukkan partisipasi akademik yang baik dan hasil penyesuaian yang positif.

Namun begitu juga sebaliknya, keterlibatan orangtua yang kurang dan/atau bertentangan dengan kebutuhan psikologis sang anak akan menunjukkan partisipasi akademik yang kurang (bahkan bisa tidak sama sekali) dan merusak fungsi emosional sang anak.

Selain membekali sang anak dengan ilmu untuk menghadapi lingkungan sekolah maupun komunitas, orangtua juga perlu bekerjasama dengan orang-orang di lingkungan tersebut.

Orangtua bisa berkomunikasi dengan guru hingga menghadiri acara sekolah.

Peran orangtua tersebut memberikan dampak positif seperti meningkatnya kepercayaan diri, kemampuan mengatur emosi secara mandiri, dan pandangan diri mengenai kompetensi akademik sang anak.

Orangtua juga bisa memandu perilaku anak di berbagai lingkungan dengan cara membuat dan menyesuaikan aturan.

Studi empiris menunjukkan bahwa orangtua yang mengontrol perilaku anak secara menengah, anak akan menunjukkan masalah perilaku yang lebih sedikit.

Dengan adanya aturan, orangtua mampu membentuk penyesuaian perilaku anak. Orangtua yang memberikan kontrol terlalu banyak atau terlalu sedikit akan menghasilkan anak dengan masalah perilaku yang lebih besar.

*Agung Valerama, Maria Ivana Putri, Zhillan Faranihaq dan Shekinah Glory Panjaitan (Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)
Agoes Dariyo, S.Psi., M.Si., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/17/091108920/pentingnya-keterlibatan-orangtua-bagi-perkembangan-psikologis-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke