Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ternyata, Tidak Melakukan Apa-apa Baik untuk Kesehatan Mental

KOMPAS.com - Kita bisa merasakan manfaat di balik tidak melakukan apa-apa dalam kehidupan sehari-hari.

Memang, tidak mengerjakan apa pun kerap dipandang negatif bagi sebagian besar orang.

Karena hal tersebut sering dianggap membuang-buang waktu secara percuma, terlebih bagi mereka para "pemuja produktivitas".

Namun, pensiunan psikolog asal California State University, Francine Toder, Ph. D mengatakan hal yang berbeda.

Ia menyampaikan, melepaskan segalanya ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan mental, bahkan dalam waktu yang singkat.

Lantas, apa dampak baik yang bisa dirasakan?

Manfaat

Toder menerangkan, tidak mengerjakan apa pun punya manfaat bagi kesehatan mental, termasuk tubuh.

Di antaranya dapat menurunkan tekanan darah, mengendurkan otot rangka, dan mempertajam fokus.

Dengan begitu, orang-orang tidak perlu menggelontorkan uang yang banyak untuk mendapat layanan kesehatan tertentu.

"Setelah pensiun, saya mendapati diri sendiri 'memuji' tidak melakukan apa-apa atau hampir melakukannya, setidaknya sedikit setiap hari," kata Toder seperti dilansir Psychology Today.

Tidak melakukan apa-apa memang disebut Toder berdampak baik untuk kesehatan mental.

Namun dia mengingatkan, rasa cemas bisa muncul di balik keputusan tersebut.

Hal itu  terjadi ketika kita merasa sungkan karena --misalnya, tidak melakukan apa pun, sedangkan rekan kerja satu kantor sibuk dengan tugasnya masing-masing.

"Anda mungkin ingin mempertimbangkan beberapa saat untuk tidak melakukan apa-apa," ujar dia.

"Jika itu membuat jantung berdetak kencang, Anda tidak sendirian. Beberapa dari kita tidak ingin pengalaman yang tidak menyenangkan," tambahnya.


Cara mengatasi kecemasan

Kecemasan yang disebabkan oleh tidak melakukan apa-apa ternyata dapat diatasi.

Toder menyampaikan, mengatasi kecemasan dapat membantu orang-orang yang ingin mencoba praktik tidak melakukan apa-apa.

Ia menerangkan, kecemasan sebenarnya merupakan emosi yang dicirikan oleh ketakutan.

Pada gilirannya emosi akan mendatangkan beberapa efek yang dapat diprediksi pada fisiologi.

Misalnya ketika takut berjalan di gang gelap sendirian atau membayangkan suatu peristiwa yang akan terjadi.

"Saat kecemasan mendahului pengalaman, ini dikenal sebagai kecemasan antisipatif," ungkap Toder.

Kecemasan antisipatif yang dimaksudnya dapat diketahui dari sejumlah tanda, seperti mulut kering atau berkeringat karena lupa.

Dua contoh tersebut biasa orang-orang alami ketika menghadapi ujian, berpidato, atau mengikuti kompetisi tertentu.

"Beberapa dari kita rentan terhadap berpikir buruk, tetapi kita semua khawatir dari waktu ke waktu," tutur dia.

"Itu normal tetapi ketika gugup atau takut menganggu kehidupan sehari-hari, pekerjaan, atau relasi, ini lebih serius."

"Sehingga -mungkin, kita memerlukan bantuan profesional," sambung Toder.


Cara mengatasi kecemasan

Kecemasan karena tidak melakukan apa-apa memang lumrah terjadi. Nah, masalah yang satu ini bisa diatasi dengan sejumlah cara yang disarankan oleh Toder.

1. Ingatkan diri sendiri

Kita bisa mengingatkan bahwa diri sendiri dapat menghentikan apa yang sedang dilakukan.

Ingatkan juga bahwa aktivitas yang biasa dikerjakan dapat dilanjutkan kapan pun kita mau.

"Tapi tunggu beberapa menit sebelum Anda melakukannya untuk melihat apakah ketidaknyamanan akan berlalu," imbuh Toder.

2. Tetapkan niat

Toder meminta orang-orang untuk menetapkan niat tidak melakukan apa-apa sembari bernapas secara perlahan supaya kegugupan mereda.

Kegugupan bisa diatasi dengan tarikan napas yang panjang atau pendek, lalu tarik napas sedalam mungkin.

Toder menyarankan agar pola bernapas tersebut dilakukan setidaknya selama satu menit.

Ia mengatakan bahwa mindful breathing merupakan strategi yang efektif untuk mengatasi segala gejala kecemasan.

3. Atur diri sendiri

Ketidaknyaman bisa dirasakan ketika tidak melakukan apa-apa. Untuk itu, lihat dulu sekeliling dan amati objek yang familiar.

Misalnya hewan peliharaan, kasur, selimut, kulkas, atau apa pun kemudian pilih dua di antaranya untuk disentuh.

Menggunakan salah satu indera dapat memberikan rasa yang tenang.

Supaya orang-orang dapat menerapkan praktif tidak melakukan apa-apa, Toder menyarankan mereka untuk memilih satu hari yang santai.

Kemudian luangkan waktu selama 30 menit dan amati apa yang dirasakan, dilihat, dan dicium.

Hal itu bisa dilakukan dengan berjalan-jalan tanpa menyirami tanaman atau tidak merapikan tempat tidur seperti aktivitas yang biasa dilakukan sehar-hari.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/25/130000520/ternyata-tidak-melakukan-apa-apa-baik-untuk-kesehatan-mental

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com