Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suspek Monkeypox Ditemukan, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

Pemerintah masih melakukan pemeriksaan sehingga belum bisa memastikan status pasien tersebut.

Sebelumnya, terdapat sembilan kasus dugaan cacar monyet di Indonesia yang belakangan tidak terbukti.

Meski demikian, kita harus tetap waspada agar bisa menjaga kesehatan diri dan keluarga.

Gejala monkeypox

Cacar monyet alias monkeypox menjadi wabah terbaru yang sedang jadi fokus perhatian pemerintah dan WHO.

Penyakit langka ini terjadi akibat infeksi virus monkeypox yang ditularkan lewat binatang meskipun penyebarannya via manusia masih mungkin terjadi.

Penularannya terjadi dengan kontak langsung dari hewan yang telah terinfeksi atau bahan yang sudah terkontaminasi virus.

Virus bisa masuk melalui saluran pernapasan, kulit (akibat adanya trauma), dan selaput lendir baik di mata, mulut, maupun hidung.

Dikutip dari situs Kementeriaan Kesehatan, monkeypox bisa menyebabkan berbagai tanda dan gejala pada penderitanya.

Ada yang mengalami gejala ringan namun ada juga yang lebih berat sehingga butuh perawatan di rumah sakit.

Gejala cacar monyet yang perlu diperhatikan antara lain demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan) dan ruam atau lesi kulit.

Ruam biasanya terjadi dalam 1-3 hari sejak demam yang dimulai dengan bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.

Jumlah lesi yang terjadi pada penderita bisa berkisar dari beberapa buah saja hingga ribuan.

Namun ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Juga bisa muncul di di mulut, alat kelamin, dan mata.

Gejala monkeypox biasanya terjadi antara 2-4 minggu dan bisa sembung sendiri meskipun pada kondisi yang parah bisa memicu komplikasi dan kematian,

Orang dengan penyakit bawaan yang parah, masalah imunitas, hamil dan anak-anak termasuk dalam golongan yang lebih berisiko.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) membagikan sejumlah tips untuk melakukan pencegahan terkait wabah cacar monyet ini.

Langkah pertama, pastikan menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan menggunakan air dan sabun.

Lalu hindari kontak langsung dengan hewan liar, primata, tikus, darah atau daging yang tidak dimasak dengan sempurna.

Pastikan juga untuk menghindari kontak dengan orang yang sudah dipastikan terinfeksi monkeypox termasuk soal pakaian, makanan dan tempat tidur.

Jika habis bepergian dari daerah yang sudah terinfeksi cacar monyet maka waspadai munculnya gejala ini selama tiga minggu setelahnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/04/083000020/suspek-monkeypox-ditemukan-kenali-gejala-dan-cara-pencegahannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com