Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Hal yang Dirasakan Orang Setelah Di-bully, Tidak Hanya Sakit Hati

KOMPAS.com - Bullying yang disebut juga perundungan merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja.

Bullying sering kali dilakukan oleh orang atau kelompok yang posisi dan kekuatannya besar kepada mereka yang dianggap lebih lemah.

Tindakan tidak terpuji itu menjadi concern selama beberapa waktu ke belakang lantaran banyak korban mulai berani speak up ke media sosial.

Terlebih, bagi mereka yang pernah dirundung ketika masih duduk di bangku sekolah, seperti dikucilkan, direndahkan, bahkan mengalami kekerasan fisik.

Dampak bagi korban bullying

Bullying patut diwaspadai oleh siapa pun karena tindakan tidak terpuji ini tidak memandang jenis kelamin, usia, ras, agama, bahkan lingkungan.

Orang atau kelompok yang mem-bully juga bisa melakukan intimidasi dalam berbagai bentuk supaya mereka terlihat kuat dan korbannya tak berdaya.

Bullying dapat dilakukan melalui kontak fisik langsung, perilaku nonverbal langsung atau tidak langsung, cyber bullying, bahkan pelecehan seksual.

Nah, ketika orang menjadi korban perundungan, seiring berjalannya waktu mereka akan merasakan beberapa dampak berikut ini.

1. Mengalami stres psikologis

Orang yang pernah di-bully dapat mengalami masalah kesehatan mental, seperti merasa kesepian, kecemasan, termasuk depresi.

Tidak menutup kemungkinan mereka mencari "pelarian" karena masa lalu yang tidak mengenakkan dengan menyalahgunakan zat-zat tertentu.

Orang yang menjadi korban bullying juga berisiko mengalami gangguan kepribadian antisosial atau anti-social personality disorder.

Dampak lain yang berisiko dialami korban bullying adalah psikosis atau gangguan membedakan imajinasi dengan kenyataan.

Menurut psikiater Anisha Patel-Dunn, DO, kecemasan yang dialami korban bullying dikarenakan mereka tahu pahitnya menerima perundungan.

Lebih dari itu, korban bullying dapat merasakan trauma bergantung pada pengalaman masa lalu yang mereka rasakan.

2. Sulit bersosialisasi

Jangan kira korban bullying hanya menderita secara mental. Pasalnya, cara mereka bersosialisasi dengan orang lain juga dapat terganggu.

Korban bullying berisiko kesulitan bersosialisasi dengan orang di sekitar mereka dan perilakunya cenderung kurang kooperatif.

Sebagian besar waktu yang dijalani korban bullying juga dihabiskan dengan menyendiri, bahkan mereka juga merasa rendah diri.

Parahnya, orang yang pernah dirundung berpotensi dikucilkan oleh teman sebayanya dan intimidasi terhadap mereka masih sering terjadi.

Studi Journal of Applied Developmental Psychology tahun 2015 turut mendapati temuan bahwa korban bullying kurang diterima oleh orang di sekitarnya.

Kebalikan dari itu, orang yang menjadi pelaku perundungan malah lebih diterima ketimbang korban yang mereka sakiti.

3. Sulit mengendalikan emosi

Korban bullying dapat menerima balasan dari orang lain, seperti diteriaki, diancam, atau diserang karena caranya memberikan respons.

Hal itu bisa terjadi karena korban bullying berusaha untuk mengelola emosi, mengendalikan amarah, dan mengatasi frustasi.

Mereka seringkali cenderung diintimidasi berulang-ulang tapi menyebabkan rasa sakit pada orang lain. Siklus ini dapat terjadi secara berulang.

4. Berperilaku agresif

Pengalaman tidak mengenakan di masa lalu mendorong korban bullying sering merespons sesuatu secara agresif.

Pekerja sosial klinis Erica Laub, MSW, LICSW mengatakan, perilaku itu muncul karena korban bullying memiliki respons stres besar yang mirip dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Secara keseluruhan, korban bullying menjadi kurang percaya pada tindakan baik orang lain dan hubungan dengannya menjadi menegang.

Di samping itu, korban bullying juga seolah-olah menunggu orang lain untuk menyerang sehingga mereka bisa meresponsnya dengan agresif.

Tindakan semacam itu membuat korban bullying terlihat defensif, mencari musuh, tidak ramah, dan memilih mengisolasi diri dari orang lain.

5. Rendah diri

Dari dampak buruk yang sudah disebutkan, korban bullying kemungkinan juga berpikiran untuk mengakhiri hidup.

Laub mengatakan, meski bunuh diri adalah hal yang kompleks dan melibatkan faktor lain di samping bullying, korban perundungan kemungkinan mengalami sesuatu yang lebih parah.

Menambahkan penjelasan Laub, Patel-Dunn juga menyampaikan bahwa bullying membawa impilkasi serius pada kesehatan mental korbannya.

Korban bullying dikatakan Patel-Dunn dapat mengalami depresi, menyendiri, rendah diri, termasuk kecemasan.

Tidak menutup kemungkinan, korban bullying merasa bersalah ketika mereka meluapkan perasaannya dengan cara merundung orang lain.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/14/102331920/5-hal-yang-dirasakan-orang-setelah-di-bully-tidak-hanya-sakit-hati

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com