Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Membangun Hubungan Baik Antarsaudara

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Dalam suatu keluarga, hubungan saudara memang tidaklah mudah. Setiap anak pasti memiliki dinamika hubungan yang tak terduga. Hal inilah yang terkadang menimbulkan sikap rendah hati atau cemburu jika tak diperlakukan setara.

Melansir dari New York Times, studi menunjukkan bahwa konflik saudara kandung dapat terjadi hingga delapan kali dalam satu jam. Penelitian lain menemukan antarsaudara perempuan cenderung memiliki hubungan paling dekat, sementara antarsaudara laki-laki memiliki konflik paling banyak.

Apalagi jika seseorang menjadi anak tengah. Pasalnya, ketika si bungsu lahir, seluruh perhatian orangtua akan tertuju padanya. Di situasi seperti inilah terkadang anak tengah memiliki konflik pribadi, yaitu merasa selalu sendiri dalam keluarganya.

Obrolan ini pula dibahas dalam siniar Anyaman Jiwa bersama dra. Astrid Regina Sapiie, Psikolog Klinis dan CEO Dear Astrid, bertajuk “Problematika jadi Anak Tengah” yang dapat diakses melalui dik.si/AJAnakTengah.

Lalu, bagaimana caranya agar anak tak merasa terkucilkan? Melansir dari Very Well Family, berikut adalah cara yang bisa orangtua lakukan.

1. Jangan Bandingkan Anak

Terkadang, orangtua tak sadar kerap membanding-bandingkan anak. Misalnya, membandingkan sulung dan bungsu karena sang kakak lebih berprestasi. Sementara itu, setiap usaha yang bungsu lakukan tak pernah diapresiasi.

Padahal, membandingkan anak satu sama lain bisa memicu rasa iri dan persaingan antarsaudara. Bahkan, jika hal ini terus berlangsung, akan timbul perasaan kebencian.

2. Cari Tahu Penyebab Konflik

Jika menemukan anak yang kerap bertengkar satu sama lain, orangtua perlu mencari tahu penyebabnya. Pasalnya, pasti ada pemicu di baliknya, entah mereka berusaha mendapatkan perhatian atau bertengkar karena sedang tertekan.

Orangtua bisa mengajak anak berdiskusi untuk mencari tahu penyebabnya. Jika keduanya tak bisa diajak bicara bersamaan, luangkanlah waktu untuk berbicara secara empat mata. Setelah mendapat penjelasan dari segala sisi, ajaklah anak berkumpul kembali dan diskusikan solusi terbaik.

3. Ajari Anak Menghargai Satu Sama Lain

Dalam suatu keluarga, meskipun masih saudara kandung, anak pasti mempunyai sifat yang berbeda. Mungkin, kakak yang pendiam punya adik yang hiperaktif. Ketika sang adik terlalu bersemangat hingga mengganggu waktu sang kakak, konflik bisa saja terjadi.

Namun, hal ini bisa diatasi jika orangtua mengajari anak-anak cara menghargai perbedaan itu. Misalnya, saat sang kakak sedang fokus mengerjakan sesuatu, orangtua bisa mengajak si bungsu untuk bermain di luar sembari menjelaskan alasan tak boleh berisik.

4. Mintalah Anak Bekerja Sama

Orangtua bisa mengajak anak-anak untuk saling bekerja sama. Hal ini dilakukan agar menumbuhkan perasaan setara karena keduanya berkontribusi dalam pekerjaan serupa. Misalnya, mintalah anak bekerja sama menyelesaikan pekerjaan rumah.

Namun, yang perlu diingat, berikan pekerjaan sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.

5. Ajarkan Pentingnya Menghormati

Setiap anak penting untuk ditanamkan pengertian untuk menghormati satu sama lain. Pasalnya, dengan menghormati, anak-anak tahu bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan.

Rasa hormat ini bisa ditunjukkan dengan tak berbicara dengan suara yang tinggi, tak merendahkan pendapat saudaranya, dan tak asal menyentuh barang milik saudaranya tanpa izin.

Usaha ini dapat dilakukan dengan membangun kemampuan mendengar mereka. Pasalnya, kemampuan mendengar bisa membantu anak belajar untuk berempati dengan orang lain dan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

Apabila anak sudah memiliki sikap saling menghormati, ia akan menghargai setiap perbedaan pendapat.

6. Tekankan Ikatan Keluarga

Saat melihat anak bertengkar, tekankan kepada anak kalau mereka adalah keluarga. Berikanlah pengertian kalau konflik antarsaudara harus diselesaikan secara baik-baik karena akan berpengaruh pada hubungan mereka kelak.

Meskipun salah satunya lebih senang menyendiri, ingatkan pula kalau ada saatnya mereka membutuhkan satu sama lain. Mereka mungkin belum sepenuhnya memahami pentingnya hubungan saudara, namun orangtua bisa memberikan pengertian secara berulang agar mereka mengerti.

7. Luangkan Waktu Bersama

Keluarga yang sering meluangkan waktu bersama memiliki kemungkinan yang kecil untuk berkonflik. Pasalnya, terbentuk komunikasi yang baik dalam situasi tersebut.

Jadi, untuk meminimalisasi konflik, orangtua bisa mengajak anak-anak pergi berlibur setiap akhir pekan atau melakukan kegiatan lain di rumah secara bersama-sama.

Untuk mengetahui bagaimana perasaan dan masalah yang kerap dihadapi anak tengah, kalian bisa mendengarkan informasi selengkapnya melalui siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Problematika jadi Anak Tengah” di Spotify.

Di sana, ada banyak pula informasi dan kisah seputar kesehatan mental untuk menunjang kehidupan sosial, romansa, dan kariermu!

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut dik.si/AJAnakTengah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/11/28/210000520/membangun-hubungan-baik-antarsaudara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com