Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melestarikan Tenun Sikka, dengan Modul, Pelatihan, hingga Doa

KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak ragam kain yang indah, salah satunya kain tenun. Dari sekian banyak tenun yang ada, satu yang tidak boleh kita lupakan adalah tenun Sikka.

Kain tenun dari Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini dibuat dengan teknik pewarnaan ikat dan proses menenun yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan.

Tenun ikat sikka yang memiliki nilai filosofis dan estetika tinggi ini terdaftar sebagai salah satu indikasi geografis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Maret 2017 lalu.

Namun seperti kita ketahui, penggunaan tenun dalam busana sehari-hari masih sangat terbatas, tidak seperti batik yang dikenal luas dan lazim dipakai di berbagai acara.

Karenanya, untuk ikut mempopulerkan dan melestarikan tenun, Pendopo, merek usaha Kawan Lama Group, berkolaborasi dengan LSM, pemerintah daerah, dan desainer lokal untuk melakukan program pendampingan masyarakat adat tenun ikat Sikka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Program pendampingan yang diadakan sejak bulan September 2021 hingga Oktober 2022 ini menjangkau lebih dari 90 penenun dari 4 kelompok tenun. Hasilnya kemudian dikolaborasikan dengan desainer lokal untuk dipasarkan melalui Pendopo.

Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo, menjelaskan, “Pendopo hadir sebagai sebuah ekosistem pendorong pengembangan produk lokal dan pelestarian budaya Indonesia melalui tiga fokus utama, yaitu pengembangan produk, kolaborasi dengan para pengrajin, pemerintah, maupun desainer lokal, lalu memperkenalkannya pada publik melalui ritel kami.”

Untuk itu, Pendopo bekerjasama dengan sebuah yayasan dan pemerintah daerah mengadakan 29 kali program pelatihan dan pendampingan secara berkala dalam rentang waktu Desember 2021 hingga September 2022.

Materi yang diberikan termasuk pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting).

Pendopo juga memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera masa kini.

Dibantu doa

Agar motif dan warna tenun yang dihasilkan tetap sesuai dengan gaya lokal sekaligus bisa diterima tren masa kini, para penenun ditantang untuk menghadirkan motif baru yang bisa dipasarkan di mal.

Rupanya usaha membuat motif dengan warna khusus itu tidak semudah yang dibayangkan. Setelah berkali-kali mencoba, para penenun akhirnya melakukan ritual adat dan doa-doa.

"Dan menurut penuturan para penenun, setelah berdoa, usaha itu tiba-tiba berjalan lancar dan mereka mendapatkan hasil tenunan indah yang membuat mereka sendiri kagum," tutur Tasya.

Selain itu, sebagai langkah regenerasi, kegiatan ini juga berhasil menjangkau para penenun muda (24% dari total), termasuk dari komunitas Remaja Flores Creative yang berusia 18 sampai 34 tahun.

Melalui program ini, kondisi ekonomi masyarakat juga meningkat, terbukti dari peningkatan pendapatan penenun hingga 122% , dan terserapnya 12 tenaga kerja baru ke dalam komunitas tenun.

Orimus Osias, salah seorang peserta pendampingan dari kelompok Bliran Sina, mengungkapkan, “Kami merasa sangat terbantu, karena selain membantu perekonomian keluarga, kami juga dapat melestarikan budaya dengan membuat kain tenun dengan pewarna alam dan motif-motif tradisional, sehingga bisa dinikmati bahkan oleh orang-orang di luar Sikka.”

Selain meningkatkan perekonomian penenun, Pendopo juga menerbitkan sebuah modul sebagai panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru agar keahlian ini tidak punah.

Modul tersebut dapat membantu penenun merumuskan harga, menghitung keuangan, menerapkan standar kualitas kain tenun, serta berbagai pengetahuan teknis mengenai proses pewarnaan dengan bahan alami dan motif tenun.

Pendopo juga memberikan empat buah alat tenun portabel yang dapat dimanfaatkan untuk menenun, sekaligus membantu proses pembelajaran serta menjadi perangkat portabel untuk dibawa ke berbagai pameran dan ekshibisi agar tenun ikat Sikka semakin dikenal.

“Dengan modul yang kami buat, para penenun bisa dengan mandiri mentransfer seluruh ilmu yang didapatkan kepada penenun-penenun baru. Sebagai keberlanjutan dukungan, kami akan terus memasarkan dan mempromosikan kain tenun ikat Sikka melalui Pendopo,” jelas Tasya Widya Krisnadi. 

Selanjutnya, sebagian kain tenun ikat Sikka hasil dari program pendampingan ini dihadirkan sebagai koleksi kain tenun ikat Sikka di Pendopo yang berkolaborasi dengan desainer lokal.
Pendopo mengajak desainer muda Iyonono, perancang busana muda yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga, dan Didiet Maulana untuk ikut mengkreasikan kain tenun ini sehingga dapat mengikuti selera masa kini.

Seluruh koleksi Tenun Ikat Sikka Pendopo dapat ditemukan di toko Pendopo di lt. 2, Living World Alam Sutera, Tangerang Selatan, dan ruparupa.com, e-commerce resmi Kawan Lama Group.

Pendopo juga akan memamerkan koleksi Tenun Ikat Sikka di dalam gelaran Indonesia Fashion Week di Jakarta Convention Center, Senayan, pada 22-26 Februari 2023.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/02/13/085925320/melestarikan-tenun-sikka-dengan-modul-pelatihan-hingga-doa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com