Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Jadikan Bayi Tabung Opsi Terakhir Punya Anak, Ini Alasannya

Banyak pasutri biasanya menempuhnya setelah mencoba berbagai metode lain yang tidak berhasil.

Seiring perkembangan teknologi reproduksi, tingkat keberhasilan program bayi tabung memang terus meningkat meskipun ada banyak faktor lain juga berpengaruh.

Tetapi menurut founder Smart IVF, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, SubspFER, MPH, Int. Aff. RANZCOG, program bayi tabung sebaiknya tidak jadi opsi terakhir bagi pasutri.

"Bayi tabung bukan jalan terakhir, program ini bisa menjadi jalan pertama bagi pasangan yang mau punya keturunan," ujarnya dijumpa di Smart Fertility Clinic RS Primaya Bekasi Utara, Jawa Barat, baru-baru ini.

"Khususnya pada kasus pria yang tidak memiliki sperma, maka langsung bayi tabung baiknya jadi pilihan pertama."

Kondisi yang meningkatkan kebutuhan bayi tabung

Prof. Budi mengatakan kalau program bayi tabung sudah sebaiknya dijadikan sebagai pilihan pertama untuk memiliki buah hati pada beberapa kondisi sebagai berikut.

Azoospermia

Kondisi pria yang tidak memiliki sperma sering disebut sebagai Azoospermia dan ditandai dengan air mani yang keluar pada saat ejakulasi tidak mengandung sperma sama sekali.

Sayangnya, tidak sedikit pria yang mengalami Azoospermia tidak sadar akan kondisi yang dialaminya, sehingga pemeriksaan hingga penanganan untuk bisa memiliki keturunan jadi terlambat.

"Kalau pria tidak memiliki sperma, maka jalan pertama yang bisa ditempuh untuk punya keturunan ya bayi tabung," ujarnya.

Endometriosis

Selain azoospermania, pilihan pertama bayi tabung juga direkomendasikan pada perempuan yang mengalami endometriosis kronis.

"Pada perempuan yang menderita endometriosis derajat berat, bayi tabung itu pilihan pertama," tambah Prof. Budi.

Wanita dengan endometriosis biasanya akan mengalami kesulitan memiliki keturunan karena berdampak pada kesuburannya.

Pasalnya, gangguan ini menurunkan kualitas sel telur, mengubah anatomi organ reproduksi hingga memengaruhi jumlah sel telur yang dapat dibuahi.

Endometriosis masuk derajat berat jika sudah masuk stadium 3 dan 4 hingga membentuk kista di ovarium atau di otot rahim.

"Jadi bayi tabung tidak selalu merupakan pilihan atau jalan terakhir," tutup Prof. Budi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/06/17/203000820/jangan-jadikan-bayi-tabung-opsi-terakhir-punya-anak-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com