Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Pasangan Selingkuh Layak Dimaafkan? Ini Kata Terapis

Dari sejumlah kasus, ada pasangan yang memutuskan untuk tetap mempertahankan rumah tangganya. Namun, ada pula yang dengan mantap  memutuskan berpisah.

Lantas, apakah pasangan yang berselingkuh, terutama dalam hubungan pernikahan, layak untuk dimaafkan?

Menurut seorang psikoterapis dan direktur Tribeca Therapy, Matt Lundquist, tidak semua perselingkuhan akan membuat sebuah hubungan hancur.

Meskipun tidak mudah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pasangan untuk memperbaiki hubungan pasca perselingkuhan dengan tepat.

Langkah pertama adalah mengunjungi konselor atau terapis bersama pasangan.

"Orang-orang yang mampu mengatakan 'Saya perlu melalui proses di sini' lebih mungkin untuk berhasil pulih dari [perselingkuhan]," jelasnya kepada Insider.

Terapi juga dapat membantu baik orang yang berselingkuh maupun yang diselingkuhi untuk memahami alasan perselingkuhan terjadi, yang merupakan kunci untuk memperbaiki kepercayaan yang hilang dan memaafkan satu sama lain.

Namun, itu hanyalah salah satu dari sekian banyak langkah yang harus diambil oleh pasangan untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat perselingkuhan.

Seseorang yang berselingkuh harus menyesali tindakannya

Agar komunikasi yang terbuka dan jujur seperti konseling pasangan dapat terjadi, orang yang berselingkuh harus merasa menyesal atas tindakannya.

"Orang yang berselingkuh harus merasa tidak tenang dan membiarkan dirinya terganggu oleh pengalaman tersebut," kata Lundquist.

"Hal ini perlu diperlakukan sebagai peristiwa kehidupan yang signifikan. Perlu sedikit rasa sakit untuk tumbuh dan berubah," ujar dia.

Namun, apabila orang yang berselingkuh mengingkari tindakannya, itu bisa jadi pertanda bahwa hubungan tersebut pada akhirnya akan hancur.

Jika orang yang berselingkuh justru menyalahkan perselingkuhannya karena alkohol atau ketidakmampuan untuk mengendalikan diri sendiri daripada bertanggung jawab, itu bisa berarti hubungan dengan pasangannya sudah tidak dapat diperbaiki.

Hilangnya kepercayaan adalah hal yang normal, tetapi dapat dibangun kembali

Setelah perselingkuhan terjadi, wajar jika orang yang diselingkuhi merasa dikhianati dan kehilangan kepercayaan pada pasangannya.

Meskipun tidak ada cara yang pasti untuk membangun kembali kepercayaan tersebut, Lundquist mengatakan bahwa memberikan pemahaman yang kredibel tentang bagaimana perselingkuhan terjadi dapat membantu.

"Jika kondisi yang menyebabkan perselingkuhan tidak diatasi, maka hal itu akan terulang kembali," terangnya.

Sering kali, perselingkuhan lebih berkaitan dengan orang yang melakukan tindakan tersebut daripada orang yang diselingkuhi.

"Orang-orang yang menyimpang kerap berharap untuk terhubung kembali dengan bagian dirinya yang hilang, dengan kehidupan yang belum dijalani, dengan perasaan bahwa hidup ini singkat dan ada pengalaman tertentu yang dirindukan.

Demikian penuturan Esther Perel, seorang pakar seks dan hubungan.

Selain mencari jati diri, seseorang mungkin berselingkuh karena takut bertambah tua, merasa stres, atau tidak bahagia dengan kehidupannya.

Lundquist mengatakan bahwa sejarah keluarga atau rasa tidak aman di masa kecil juga dapat berperan dalam perselingkuhan.

Nah, setelah orang yang berselingkuh menentukan alasannya dan membagikan informasi tersebut kepada pasangannya, ia dapat mendiskusikan apakah ingin menyelesaikan masalah tersebut atau tidak.

Meskipun tidak ada formula untuk membangun kembali kepercayaan yang hilang, bekerja sama dalam mencari solusi dapat membantu pasangan untuk mencapainya.

Tidak bisa refleksi berarti gagalnya hubungan
Biasanya, pihak yang berselingkuh harus melakukan sebagian besar pekerjaan untuk memahami motivasinya dan membangun kembali hubungan yang rusak, tetapi orang yang diselingkuhi juga memainkan peran penting.

Menurut Lundquist, ketidakpuasan seseorang terhadap kehidupan seksnya dapat menyebabkan ia menjauh dari hubungan tersebut.

Dalam hal ini, penting bagi kedua belah pihak untuk memahami bagaimana mereka dapat saling mendukung dan melangkah maju.

Pada saat yang sama, Lundquist mengatakan bahwa alasan selingkuh biasanya lebih rumit daripada seks yang buruk dan orang yang berselingkuh harus berdamai dengan masalah yang lebih mengakar.

"Apakah ada trauma atau masalah dengan komitmen? Apakah hubungan ini cocok untuk kita?" ungkapnya.

Terakhir, orang yang diselingkuhi seharusnya tidak perlu merasa terburu-buru untuk memaafkan pasangannya.

"Kebanyakan pasangan yang kami temui dalam terapi ingin memaafkan dan mungkin ingin melakukannya terlalu cepat agar tidak menyakiti orang lain," kata Lundquist.

"Namun, memberikan pengampunan dengan segera dapat menimbulkan kebencian dan mengabadikan masalah dalam hubungan. Sebaliknya, kedua belah pihak harus mengambil waktu untuk sembuh," imbuh dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/10/172603920/apakah-pasangan-selingkuh-layak-dimaafkan-ini-kata-terapis

Terkini Lainnya

Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com