Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terlalu Lekat dengan Anak, Gaya Parenting yang Bikin Karakter Hancur

KOMPAS.com - Sebagian orangtua mungkin memilih gaya parenting yang terlalu lekat dengan anak sampai terlibat mengurusi semua tugasnya.

Hal itu pun biasanya dilakukan agar anak-anak dapat menuntaskan segala tugasnya dengan baik dari A sampai Z.

Tapi sayangnya, pakar menyebutkan kalau gaya parenting yang satu ini menjadi pola asuh yang paling membuat karakter anak hancur.

"Kita semua sangat ingin membantu anak dengan melindungi mereka dari kegagalan dan rasa sakit."

"Tetapi membantu secara berlebihan menyebabkan kerugian," kata Julie Lythcott-Haims, mantan dekan di Stanford University sekaligus penulis buku "How to Raise an Adult", seperti dilansir YourTango.

Menurut Lythcott-Haims, terlalu terlibat pada kehidupan anak dan menangani setiap masalah yang mereka hadapi, itu sama saja dengan merenggut karakter dan membuatnya tidak memahami kapasitas diri anak.

Sebab, pada dasarnya anak butuh memahami siapa diri mereka yang sebenarnya, bagaimana menghadapi masalah dan memecahkannya secara mandiri sampai mereka siap menjadi orang dewasa.

"Jika terlibat berlebihan, itu bisa membuat anak tumbuh tanpa keterampilan, kemauan dan karakter yang dibutuhkan untuk mengenal diri sendiri untuk menyusun kehidupan," lanjut Lythcott-Haims.

Peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa Amerika Serikat sebagian besar menunjukkan sejauh mana pola asuh orangtua mendorong mereka membentuk kepribadian, karakter anak hingga prestasi akademiknya.

Pada tahun 2013, American College Health Association sempat meriset hampir 100.000 mahasiswa dari 153 kampus berbeda terkait akan hal itu dan hasilnya menyedihkan.

Ketika ditanya tentang pengalaman mereka terkait pola asuh orangtua masing-masing, peneliti menilai pola asuh orangtua yang terlalu lekat dengan anaknya sampai di fase remaja menunjukkan presentase kejadian sebagai berikut.

  • 84 persen merasa kewalahan dengan semua tugas yang harus dilakukan
  • 60 persen merasa sangat sedih
  • 57 persen merasa kesepian
  • 51 persen merasa sangat cemas
  • 8 persen ada keinginan bunuh diri

"Pekerjaan kita sebagai orangtua adalah melepaskan mereka. Kita perlu tahu bahwa anak memerlukan bekal demi menjaga diri mereka sendiri," tambah Lythcott-Haims.

Salah satu pola asuh terbaik bagi orangtua adalah dengan mengajari anak-anak untuk hidup mandiri dan membiarkan mereka melakukan tugasnya sendiri.

Orangtua cukup mendukung keterampilan yang mereka minati dan beri anak-anak ruang untuk melatih keterampilan itu sendiri sekalipun upayanya itu gagal.

"Gagal bukanlah akhir dari segalanya. Itu hanya sebuah langkah dalam berproses," tutur Lythcott-Haims.

Lebih lanjut, dalam hal prestasi akademis, anak sebenarnya juga perlu mempelajari banyak hal untuk diri mereka sendiri, sehingga orangtua tidak perlu terlalu terlibat dengan urusan anak di sekolah.

Anak perlu belajar menghadapi berbagai tantangan di sekolah dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Hal terbaik yang dapat dilakukan orangtua untuk anak adalah dengan membiarkan mereka apa adanya," pungkas Lythcott-Haims.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/13/082029220/terlalu-lekat-dengan-anak-gaya-parenting-yang-bikin-karakter-hancur

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com