Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

2 Love Language yang Kecil Peluangnya Jalin Hubungan Langgeng

KOMPAS.com - Bahasa cinta atau biasa disebut love language adalah cara seseorang menyatakan dan menerima kasih sayang.

Seringkali, perbedaan dalam bahasa cinta dapat memiliki tantangan tersendiri dalam menjalin hubungan yang langgeng.

Salah satunya terjadi pada pasangan dengan love language words of affirmation dan acts of service.

Kata ahli, dua kategori bahasa cinta itu membutuhkan lebih banyak usaha dalam menjalin hubungan yang bahagia dan berlangsung lama.

"Words of affirmation dan acts of service seringkali tidak sejalan karena mereka lebih fokus pada pembicaraan dan tindakan."

Begitulah kata Rabbi Shlomo Slatkin, seorang konselor dan pendiri The Marriage Restoration Project, seperti dilansir News Week.

Slatkin juga menambahkan, ketika dua orang dengan love language tersebut menjalin hubungan, mereka cenderung kesulitan menyatukan preferensi bahasa cinta masing-masing.

"Beberapa orang menginginkan kasih sayang dan rasa dihargai secara verbal dan menganggap tindakan biasa saja tidak cukup."

"Sebaliknya, satu pasangan menginginkan tindakan dan menganggap kata-kata saja belum cukup. Kondisi itu bisa menimbulkan konflik dalam hubungan," kata dia.

Meski dua bahasa cinta itu berpotensi mengalami banyak konflik, tapi untuk memiliki hubungan yang bahagia dan langgeng, pasangan cuma perlu tidak gampang kecewa dengan ketidakcocokan yang dialami.

Menurut Sejal Mehta Barden, Direktur Eksekutif dari Marriage and Family Research Institute di University of Central Florida, masing-masing pasangan harus bisa membaca situasi dan perasaan pasangannya.

“Contoh mudahnya seperti salah satu pasangan yang memiliki love language quality time dan pasangan lainnya memiliki bahasa cinta sentuhan fisik."

“Pasangan dapat dengan mudah menggabungkan keduanya dengan memiliki waktu berkualitas, atau menonton film.

"Lalu, memastikan bahwa kita tidak duduk di kursi yang terpisah, melainkan di sofa yang sama demi melakukan kontak fisik pada saat bersamaan," kata Barden. 

Kemudian pakar hubungan lain, Andrew Bland, profesor psikologi dari Universitas Millersville di Pennsylvania, mengatakan, pasangan juga harus bisa mendiskusikan kebutuhannya masing-masing. 

Ini dapat dilakukan sebagai upaya untuk dapat memahami cara menghabiskan waktu bersama dengan membuat keduanya merasa saling mencintai dan dicintai.

"Yang terpenting adalah sejauh mana masing-masing pasangan berkomitmen untuk menerima pasangan apa adanya."

"Dengan demikian, saling melengkapi dapat membantu pasangan menjalin hubungan yang lebih baik," ujar Bland.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/01/165128520/2-love-language-yang-kecil-peluangnya-jalin-hubungan-langgeng

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com