Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Daging yang Terkontaminasi Bakteri E. coli Bisa Picu Anyang-anyangan

KOMPAS.com - Disuria atau anyang-anyangan menjadi gangguan kesehatan yang sering dikeluhkan banyak orang, terutama perempuan.

Anyang-anyangan merupakan gejala dari infeksi saluran kemih (ISK) yang umumnya ditandai dengan sensasi terbakar atau nyeri saat buang air kecil, urin yang berbau kuat, perut kembung hingga buang air kecil yang lebih sering.

Jika merasa sudah rutin menjaga kebersihan alat kelamin hingga menghindari risiko penyebab ISK tapi anyang-anyangan masih sering kumat, memperbaiki pola makan, khususnya mengurangi makan daging dapat menjadi solusinya.

Sebab, menurut penelitian terbaru dari George Washington University, bakteri pada daging bisa menjadi faktor penyebab ISK yang jarang disadari.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal One Health ini mengamati 1.188 sampel bakteri E. coli dari manusia dan 1.923 smpel dari daging termasuk ayam, kalkun dan babi di Arizona, Amerika Serikat.

Studi itu mengungkap, strain bakteri tersebut dapat memicu sekitar 640 ribu kasus ISK setiap tahun di AS.

"Kebanyakan orang memahami makan daging mentah atau secara tidak sengaja menelan bakteri dari daging bisa memicu sakit perut,"

"Tetapi, penelitian baru mengungkap bakteri jenis E. coli yang berasal dari daging mentah bisa memicu ISK,"

Demikian kata Lance B. Price, profesor kesehatan lingkungan di George Washington University.

Para ilmuwan kemudian menggunakan pendekatan genom untuk melacak asal-usul infeksi bakteri E. coli.

Menurut peneliti, jenis bakteri ini dapat beradaptasi dengan inangnya. Sehingga setiap sampel bakteri yang ditemukan punu memiliki DNA tersendiri.

"Pada awalnya bakteri bertahan di dalam lambung dan berada di sistem pencernaan kita."

"Kemudian terjadi sesuatu yang seringkali secara anatomis membuat bakteri itu masuk ke kandung kemih, menyebabkan ISK melalui aliran darah hingga memicu sepsis," ujar ahli lain, William Schaffner, profesor bidang penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center.

Dalam memicu anyang-anyangan, perempuan dianggap memiliki risiko tinggi terkena ISK karena anatomi tubuh mereka, kemudian anak-anak dan orang usia lanjut pun memiliki risiko yang sama.

Sebelumnya, infeksi bakteri E. coli dapat dicegah dengan memastikan daging dimasak hingga matang sempurna, menghindari kontaminasi silang saat mengolahnya, termasuk mencuci tangan dan talenan setelah memotong daging.

Di samping itu, para ahli juga mengungkap beberapa upaya untuk mengurangi penyebaran bakteri pada daging seperti penggunaan vaksin pada hewan yang biasa dikonsumsi manusia.

"Kami memerlukan cara baru untuk mencegah infeksi ini. Studi tersebut bisa membuka peluang bagi produsen makanan khususnya sumber hewani untuk mencegah bakteri ini masuk ke sumber makanan kita," tandas Dr Price.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/17/090336320/daging-yang-terkontaminasi-bakteri-e-coli-bisa-picu-anyang-anyangan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com