Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Ella, Dibayar Rp 2,3 Juta Per jam Hanya untuk Cuddling

KOMPAS.com - Ella, seorang wanita paruh baya dari Washington Heights, Amerika Serikat, punya pekerjaan yang unik.

Dengan hati terbuka, Ella siap mengusir kesepian dan kecemasan para pria dan wanita Gen Z dengan cuddling bersama.

Wanita berusia 48 tahun itu merupakan seorang mantan guru seni di sekolah umum di kawasan New York, AS, yang kemudian beralih profesi menjadi terapis cuddling profesional di perusahaan perawatan katarsis, Cuddlist yang berbasis di AS.

"Saya adalah cuddlist profesional," katanya seperti dilansir NyPost.

Saat melayani pelanggan, Ella menyukai aktivitas seperti berpelukan hangat dan nyaman setiap hari.

Dia mengundang pelanggan untuk datang ke kamar alias ruang kerjanya, menjalin komunikasi dengan baik, saling bertatap muka, dan memberikan pelukan hangat yang penuh kasih dalam berbagai interaksi.

Ella pun suka melakukan berbagai gaya cuddling, mulai dari meringkuk, berdiri, duduk atau spooning di kasur miliknya yang berukuran queen.

Atas pelayanan itu, Ella dibayar 150 dollar AS atau sekitar Rp 2,3 juta per jam.

Meskipun pelanggannya sebagian besar terdiri dari pria menikah yang berusia antara 40 dan 60 tahun, baru-baru ini dia menyadari bahwa banyak wanita dan pria Gen Z yang mencari pelukan non-seksual karena mereka tidak mampu menjalin hubungan fisik di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan.

"Di kota seperti New York, ada banyak orang kesepian dan merasa terisolasi, meskipun kita selalu dikelilingi oleh ribuan orang," papar Ella.

Sejak tahun 2017, Ella sudah meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang guru, kemudian menjalani pelatihan menjadi seorang terapis yang melibatkan sentuhan fisik.

Tidak ada sertifikat apa pun yang dia miliki, tetapi di tempat kerjanya, Cuddlist, dia telah menjalani berbagai program sertifikasi mandiri.

"Sesi cuddling saya menawarkan jenis keintiman tertentu dan penerimaan tanpa syarat yang tidak mereka dapatkan di rumah, terapi bicara atau di panti pijat," paparnya.

Sudah banyak penelitian yang membuktikan kalau manfaat cuddling sangat positif bagi kesehatan mental.

Terutama pada aktivitas yang dilakukan bersama terapis cuddling profesional yang tidak melibatkan aktivitas seksual apa pun.

"Professional cuddling adalah praktik terapuetik yang memungkinkan penerima dan praktisi merasakan sesi sentuhan non-seksual yang saling memberikan efek menenangkan," tertulis dalam studi di tahun 2023 tentang pekerjaan itu.

Laporan tersebut kemudian mencatat, pengobatan yang tidak lumrah itu sering disebut-sebut dapat meningkatkan "kesehatan fisik dan mental" karena dapat membantu mengurangi stres, kurang tidur, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang.

Profesi sebagai terapis cuddling profesional mungkin masih terdengar asing dan aneh. Kendati begitu, profesi ini benar-benar ada, bahkan sudah tersedia sejak tahun 2015.

Selain Ella, ada pula Michelle Renee, seorang cuddlist profesional dari San Diego, California. Renee merupakan wanita berusia 48 tahun, sudah menikah dan berprofesi sebagai seorang terapis cuddling profesional di Cuddlist sejak 2015.

Upah yang didapatkan Renee juga sekitar Rp 2,3 juta per jam untuk cuddling bersama pelanggan.

Saat bekerja, ibu dua anak itu sangat menerapkan aturan ketat yang harus dipatuhi oleh setiap pelanggan.

"Dilarang menyentuh saya di balik pakaian, dilarang melakukan hubungan seksual, tidak mengenakan kemeja, dilarang tanpa celana," katanya.

Renee merasa tak keberatan jika pelanggannya tiba-tiba terangsang secara seksual, namun dia akan tetap bekerja secara profesional.

Ada pula cerita cuddlist lain, seperti Missy Robinson yang berusia 43 tahun.

Robinson sempat viral di media sosial karena dia mengungkapkan ada pria yang rela memberikan upah lebih dari 1.300 dollar AS atau Rp 20 juta untuk terapi cuddling penyembuhan.

"Tapi kami tidak akan pernah mengarah pada hal seksual apa pun. Tugas saya hanya memberikan kenyamanan," ungkap dia.

Meskipun rata-rata para terapis cuddlist di perusahaan itu, namun menurut mereka, aktivitas yang satu ini dapat menjadi wadah untuk saling berbagi kasih dengan orang yang benar-benar membutuhkan.

"Saya adalah pendengar yang baik, saya dengan senang hati memeluk mereka saat mereka menceritakan apa pun kepada saya - seperti seorang ibu,"

"Saya hanya menciptakan ruang yang bagus dan aman untuk tidak merasa dihakimi," pungkas Renee.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/11/08/055140620/kisah-ella-dibayar-rp-23-juta-per-jam-hanya-untuk-cuddling

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com