Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Tanda Orang Kesepian Menurut Psikologi

KOMPAS.com - Kesepian bukan hanya tentang fisik yang terisolasi, tetapi juga merasa sendirian di tengah keramaian.

Orang yang kesepian mungkin merasa tidak berdaya atau kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dapat dinikmati.

Jika hal itu tidak disadari sejak awal, kesepian yang dialami seseorang bisa saja berdampak serius pada kesejahteraan fisik dan mental mereka.

Tanda-tanda orang kesepian menurut psikologi

Kesepian mungkin terkait dengan perasaan cemas, rasa tidak aman hingga depresi. Mereka yang mengalaminya perlu mendapatkan bantuan dari orang di sekitar agar terlepas dari jerat keputusasaan.

Meski pun orang yang kesepian mungkin bisa menutupinya dengan segudang alasan, tetapi jika ditinjau dari aspek psikologi, tanda-tanda orang kesepian bisa terlihat dari sejumlah perilaku sebagai berikut;

1. Terlalu sibuk

Jika seseorang terus-menerus menggunakan alasan "terlalu sibuk" untuk menghindar dari aktivitas sosial, hal itu dapat menjadi tanda awal mereka merasa kesepian.

Menurut psikolog, orang yang kesepian seringkali menyibukkan diri untuk mengalihkan perhatiannya dari perasaan terisolasi.

Ini pun menjadi mekanisme penanggulangan dan cara bagi mereka yang kesepian dalam menghadapi kekosongan.

Jika itu terjadi pada teman atau orang yang kita sayangi dan terlihat mereka tidak pernah bersosialisasi, cobalah untuk meluangkan waktu sejenak dengan menghubungi mereka dan terhubung langsung dengannya.

Kemungkinan besar, mereka akan sangat menghargai upaya yang kita lakukan dan bisa terbuka dengan perasaan yang dialami.

2. Terlalu asik bermain media sosial

Menurut psikologi, orang yang kesepian merasa kehadiran secara online berlebihan mengindikasikan kalau mereka tengah merasa kesepian.

Ini adalah upaya untuk menciptakan sesuatu yang meniru koneksi di kehidupan nyata. Mereka kerap mengisi kekosongan dari interaksi sosial dengan "kehadiran" secara online di media sosial.

Ketika kita melihat ada orang yang selalu bermain media sosial, ingatlah kalau unggahan mereka mungkin tidak mencerminkan keadaan emosi yang sebenarnya.

Coba jangkau mereka dan bicaralah dengannya secara langsung. Cara ini mungkin dapat mengisi kekosongan yang dirasakan.

3. Orang yang cepat memberi bantuan

Orang pertama yang bersedia memberikan bantuan seringkali adalah seseorang yang hatinya sakit atau terluka karena kurangnya hubungan antar-manusia.

Para psikolog berpendapat, orang yang kesepian mungkin akan melakukan apa saja untuk membantu orang lain.

Cara ini dijadikannya sebagai pelarian mereka mencari koneksi, merasa dihargai dan dibutuhkan.

Kabar baiknya, mereka yang selalu ada setiap saat untuk kita dapat menyembuhkan diri mereka sendiri dengan aksi yang dilakukan.

Menurut penelitian, membantu orang lain dapat menyembuhkan rasa kesepian untuk tidak lagi merasa terisolasi.

4. Memiliki gangguan tidur

Penelitian menunjukkan hubungan antara kesepian kronis dan gangguan tidur.

Rasa kesepian yang melanda dapat berkontribusi pada peningkatan stres dan kecemasan yang pada akhirnya mengganggu pola tidur.

Jika seseorang yang kita kenal mengeluh kurang tidur atau pola tidurnya berantakan, ada baiknya kita memahami kalau mereka sedang berjuang melawan perasaan kesepian.

5. Belanja impulsif dan menimbun barang

Menurut psikologi, kesepian juga cukup rentan dengan perilaku menimbun. Ini bisa berupa benda fisik, barang tidak jelas hingga memeliharan banyak hewan peliharaan.

Teorinya adalah tenggelam dalam "harta" berlebihan bisa memberikan persahabatan dan rasa aman, yang pada tingkat tertentu menutupi kekurangan hubungannya secara sosial.

Jika kebetulan kita melihat seseorang menghabiskan banyak uang untuk belanja impulsif, atau membawa pulang anak kucing yang ditemukan di jalan, mungkin perilaku itu bisa menjadi pertanda kalau mereka merasa kesepian.

6. Terjebak di masa lalu

Orang yang merasa terisolasi lebih cenderung menganggap hidup di masa lalu lebih menarik daripada masa kini.

Sekali pun masa lalu mereka penuh dengan kenangan buruk, tetapi kenangan lama membuatnya terjebak dalam kehaluan itu.

Psikolog berpendapat, mereka yang lebih sering membicarakan masa lalunya dapat menjadi indikator kalau mereka tengah menghadapi rasa kesepian.

Ketika hubungan atau keadaan saat ini tidak memuaskan, mereka mungkin beralih ke masa lalu untuk mencari kenyamanan, dan terlalu melekat pada kenangan itu.

7. Masalah kesehatan yang sulit dijelaskan

Perasaan terisolasi juga bisa terwujud secara fisik, terutama jika kesepian yang dialami sudah sampai ke tahap kronis.

Kondisi tersebut bisa memicu banyak masalah kesehatan seperti penyakit jantung, depresi dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Jika seseorang sering merasa tidak enak badan tanpa alasan yang jelas, bisa jadi itu merupakan tanda kesepian yang mereka alami.

Sangat penting bagi kita yang menyadarinya untuk menjangkau dan menawarkan dukungan. Kesejahteraan emosional mereka dapat berdampak serius pada kondisi kesehatan fisiknya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/12/20/095923820/7-tanda-orang-kesepian-menurut-psikologi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com