Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pola Asuh Anak Down Syndrome yang Tepat, Seperti Apa?

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak down syndrome harus diasuh dengan pola asuh atau parenting tersendiri, dan tidak bisa disamakan dengan anak lainnya. 

Sebab, anak-anak yang memiliki down syndrome ini punya keterbatasan intelektual. 

Hal ini disampaikan langsung oleh Psikolog Pendidikan, Paramita Indraswari, saat diwawancarai usai acara peringatan hari peringatan Down Syndrome sedunia, di Pacific Place, Jakarta Selatan, Senin (18/3/2024). 

“Kebanyakan anak dengan DS (down syndrome) itu mengalami disabilitas intelektual. Kemampuan kognitifnya enggak seperti pada umumnya. Jadi mereka enggak cuma sekali dua kali belajar, harus berulang-ulang terus,” kata psikolog yang akrab dipanggil Mita ini kepada awak media. 

Dalam hal ini, Mita menjelaskan bahwa kemampuan kognitif anak down syndrome terbagi menjadi tiga kategori, yakni gangguan intelektual ringan (mampu didik), gangguan intelektual menengah (mampu didik dan mampu latih), gangguan intelektual berat (mampu latih). 

Oleh karena itu, perlu adanya awareness dari orangtua untuk mengetahui lebih dulu soal kategori gangguan intelektualnya tersebut. 

“Orangtua harus cari tahu dulu anaknya ini masuk kategori (gangguan intelektual) yang mana. Dialog dengan terapis, psikolog, biar pola asuhnya tepat,” tambah Mita. 

Jika orangtua sudah mengetahui kategori gangguan intelektual anaknya, maka cara mengajari atau pola asuhnya bisa disesuaikan. 

“Kalau ringan itu IQ-nya sekitar 50-70, masih dalam kategori mampu didik. Nah, dia bisa tuh diajarin lebih cepet, cuma sekali dua kali dibilangin udah langsung nangkep. Karena mampu didik juga, mereka bisa sekolah sampai SMP, nanti selanjutnya baru lanjut ke sekolah yang lebih fokus ke kreativitas anak, bukan teoritis,” jelas Mita. 

Sedangkan, untuk gangguan intelektual menengah, biasanya IQ-nya masih ada di angka 50-an. 

“Biasanya bahasanya bagus, tapi pengetahuannya kurang, atau juga bisa daya ingatnya lumayan. Jadi masih masuk ke mampu didik dan mampu latih, orangtua harus aware dulu nih, dia lebih condong ke mana,” ujarnya. 

Lain halnya dengan anak yang punya gangguan intelektual berat. Menurut Mita, anak down syndrome dengan kategori ini hanya bisa dilatih. 

“At least, orangtua latih kemandirian dan life skill saja. Misalnya makan sendiri, mandi sendiri, bertransaksi sendiri,” katanya. 

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa anak down syndrome dengan gangguan intelektual berat, harus diutamakan pelatihan skill kemandiriannya. 

“Tidak bisa disekolahkan untuk pelajaran teoritis, mereka enggak bisa sekali atau dua kali belajar, harus berulang-ulang terus. Jadi, penting untuk orangtua sabar dalam mengasuh anak dengan gangguan intelektual berat, harus step by step dijelaskan berulang-ulang,”

“Kalau dia (gangguan intelektual) berat, tapi cuma dikasih sekali instruksi, mana bisa. Yang ada nanti orangtua emosi, nge-push anak sendiri, enggak benar,” pungkasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/03/20/100000820/pola-asuh-anak-down-syndrome-yang-tepat-seperti-apa

Terkini Lainnya

Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com