Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Dampak Anak Sering Dimarahi dan Dipukul yang Wajib Diketahui

KOMPAS.com - Ada sejumlah tingkah laku anak yang memancing emosi orangtua hingga menyulut kemarahan. Sayangnya, masih ada orangtua yang memarahi dan memukul anak saat marah. 

Padahal, ada banyak dampak negatif anak sering dimarahi dan dipukul. Bahkan, American Academy of Pediatrics (AAP) telah melarang orangtua memberikan hukuman fisik, termasuk memukul. 

  • 6 Cara Menasihati Anak Remaja Laki-laki, Jangan Diceramahi
  • Pola Asuh Anak Down Syndrome yang Tepat, Seperti Apa?

Pasalnya, dampak anak sering dimarahi dan dipukul bersifat jangka panjang bahkan mempengaruhi secara negatif perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. 

Dampak anak sering dimarahi dan dipukul

Kompas.com merangkum dampak anak sering dimarahi dan dipukul sebagai berikut dilansir dari American Academy of Pediatrics (AAP), Parents, dan Healthline. 

1. Anak menjadi agresif 

AAP mengungkapkan, dampak anak sering dimarahi dan dipukul adalah meningkatkan agresivitas pada anak dalam jangka panjang. Selain itu, hukuman fisik tidak efektif dalam mengajarkan tanggung jawab dan pengendalian diri pada anak. 

Hukuman fisik dan kekerasan verbal membuat anak ketakutan dalam jangka pendek, namun tidak memperbaiki perilakunya dalam jangka panjang. Alih-alih menurut, hukuman fisik dan kekerasan verbal dapat menyebabkan perilaku yang lebih agresif, menurut AAP. 

Dalam sebuah penelitian, anak usia 3 tahun yang dipukul lebih dari dua kali sebulan, menjadi lebih agresif pada usia 5 tahun. Anak-anak tersebut,  menunjukkan perilaku negatif dan kosa kata yang lebih rendah pada usia 9 tahun, menurut penelitian tersebut.

2. Ganggu perkembangan otak 

AAP mengungkapkan fakta lainnya bahwa, hukuman fisik dan kekerasan verbal membahayakan anak karena mempengaruhi perkembangan otak.

Penelitian telah menunjukkan bahwa memukul, membentak, atau mempermalukan anak dapat meningkatkan hormon stres dan menyebabkan perubahan pada struktur otak. 

Penelitian lain, disarikan dari Healthline, membuktikan terdapat perbedaan di bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara dan bahasa, pada kelompok anak yang memiliki riwayat kekerasan verbal dari orangtua dibandingkan anak-anak yang tidak mempunyai pengalaman buruk tersebut. 

Pasalnya, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh dibandingkan informasi dan kejadian baik. 

3. Mudah cemas 

Dampak anak sering dimarahi dan dipukul selanjutnya adalah menjadi pribadi yang dilingkupi rasa kecemasan. 

Laura Markham, Ph.D., Psikolog Klinis dan Penulis Buku Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting, menuturkan, penelitian menemukan bahwa anak-anak yang dimarahi orangtua rentan mengalami kecemasan dan meningkatkan depresi, dilansir dari Parents. 

Anak-anak menangkap rasa kecemasan tersebut dari orangtuanya saat marah maupun membentak. Mereka juga belajar bahwa cara orangtua bereaksi terhadap kesalahan apa pun yang mereka perbuat adalah merangsang kecemasan, alih-alih menenangkannya. 

  • Cara Memarahi Anak yang Benar Tanpa Melukai Hatinya 
  • Apakah Boleh Orangtua Sesekali Memarahi Anak?

4. Kurang percaya diri 

Anak yang sering dimarahi dan dipukul juga bisa menjadi pribadi yang kurang percaya diri. 

Melansir dari Parents, saat dibentak seseorang akan menganggap dirinya tidak mampu dan mempertanyakan kemampuannya. Kondisi tersebut dapat terjadi pada semua orang termasuk anak-anak, sehingga mereka menjadi pribadi yang kurang percaya diri. 

“Berteriak adalah salah satu cara tercepat untuk membuat seseorang merasa tidak berharga,” kata Joseph Shrand, Instruktur Psikiatri di Harvard Medical School dan Penulis Buku Outsmarting Anger: 7 Steps for Defusing our Most Dangerous Emotion. 

Rasa tidak berharga akibat bentakan tersebut, membuat anak-anak menjadi kurang percaya diri. 

5. Ganggu kesehatan mental 

AAP juga mengungkapkan bahwa hukuman fisik dapat menganggu kesehatan mental anak. Kondisi tersebut dapat berdampak buruk pada prestasi mereka di sekolah dan cara mereka berinteraksi dengan anak-anak lain. 

Dampak paling buruk akibat sering memarahi dan memukul anak adalah anak rentan mengalami depresi, dilansir dari Healthline. 

Dalam sebuah penelitian ditemukan hubungan positif antara kekerasan verbal orangtua terhadap anak dengan rasa depresi atau kecemasan pada anak-anak usia 13 tahun. 

Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat memperburuk perilaku mereka, bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang merugikan diri sendiri, seperti penggunaan narkoba atau aktivitas seksual yang berisiko.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/03/24/103000220/5-dampak-anak-sering-dimarahi-dan-dipukul-yang-wajib-diketahui

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com