Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Hari Kartini Identik dengan Kebaya? Simak Penjelasannya 

KOMPAS.com - Hari Kartini diperingati setiap 21 April, yang jatuh pada hari ini, Minggu (21/4/2024). Peringatan Hari Kartini mengenang jasa Raden Ajeng (RA) Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. 

Salah satu bentuk peringatan Hari Kartini adalah para perempuan memakai sejumlah busana tradisional, khususnya kebaya. Lantas, kenapa Hari Kartini identik dengan kebaya? Simak ulasannya berikut ini. 

Peringatan Hari Kartini identik dengan memakai busana tradisional, terutama kebaya sebab kebaya lekat dengan RA Kartini, dilansir dari Kompas.com (19/4/2021). Tokoh emansipasi perempuan tersebut, kerap mengenakan busana kebaya semasa hidupnya. 

Bahkan, muncul kebaya Kartini, yakni model kebaya yang kerap dipakai oleh RA Kartini. Ciri khas kebaya Kartini berupa kerah model V serta memiliki lengan yang lebih longgar. 

Sekilas sejarah kebaya 

Mengutip dari buku digital Evolusi Kebaya (2022) yang disusun oleh Pusat Data dan Analisa Tempo, kita bisa mengetahui sejarah kebaya secara singkat. 

Dalam bukut tersebut disebutkan bahwa, Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (1996) mengungkapkan asal kata kebaya dari bahasa Arab “kaba” yang berarti pakaian. Nama kebaya juga disebut memiliki kaitan dengan “abaya” yakni pakaian tunik panjang khas Timur Tengah. 

Sementara, catatan Portugis menyebutkan bahwa kebaya sudah menjadi pakaian resmi kerajaan-kerajaan di Jawa sejak abad ke-15. Busana tersebut muncul sebagai pelengkap penggunaan kemben.  

Pada 1500-an, zaman Kerajaan Majapahit, perempuan Jawa masih mengenakan kemben sehingga sebagian dada mereka terbuka. 

Saat Islam memasuki Tanah Jawa diikuti dengan kemunculan Kerajaan Demak, maka perempuan diharuskan menutup dada dengan mengadopsi busana dari Perancis dan India. 

Kebaya model kutu baru merupakan busana yang pertama kali diperkenalkan untuk menyempurnakan kemben sehingga perempuan lebih tampil tertutup.

Ciri khas kebaya kutu baru adalah kain kemben di bagian tengah yang menyambungkan sisi kanan dan kiri. 

Mengutip Kompas.com (19/4/2021), kebaya mulanya merupakan busana para permaisuri dan selir raja dari Kerajaan Majapahit.

Sebelum Islam masuk, perempuan Jawa pada abad ke-9 masih mengenakan padanan kain dan kemben yang hanya membebat dada sekadarnya. Ketika Islam masuk Tanah Jawa, maka dilakukan penyesuaian busana perempyan agar lebih menutupi area dada. 

Para perempuan Jawa akhirnya memakai kemben dilengkapi dengan semacam outer, berupa kain tipis yang digunakan untuk menutup bagian belakang tubuh, bahu, serta kedua lengan. 

Berdasarkan catatan resmi Portugis, kebaya adalah busana perempuan Indonesia saat mereka mendarat di Indonesia pada abad ke-15. Meskipun, pada masa tersebut busana kebaya hanya dipakai oleh para kaum bangsawan. 

Seiring bergulirnya waktu, kebaya juga dipakai oleh perempuan non bangsawan. Mereka mengenakan kebaya dari kain tipis dan mengaitkan bagian depannya dengan sebuah peniti.

Busana kebaya terus berkembang seiring waktu. Salah satunya adalah model kebaya Kartini yang terinspirasi dari busana yang kerap dipakai oleh RA Kartini. 

Dalam buku digital Evolusi Kebaya (2022), disebutkan bahwa RA Kartini mengenakan kebaya dengan aplikasi bordir di dekat kerah model V. Kartini menambahkan bros di bagian kerah V tersebut.

Dokumentasi foto RA Kartini menunjukkan bahwa sang tokoh emansipasi perempuan tersebut kerap memakai kebaya semasa hidup. 

Mengutip Kompas.com (10/4/2023), perbedaan kebaya kartini dengan model kebaya terdahulu adalah tidak memakai kemben pada bagian dada. Model kebaya kartini lebih menyerupai tunik dengan potongan badan dan tangan lebih lebar.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/04/21/080500020/kenapa-hari-kartini-identik-dengan-kebaya-simak-penjelasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com