Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Jenis Kain yang Berbahaya bagi Bayi, Ketahui Risikonya 

KOMPAS.com - Kulit bayi masih sangat sensitif, sehingga orangtua harus mengetahui cara merawat kulit si kecil agar terlindungi. Salah satunya adalah dengan memiliki baju yang aman buat bayi. 

Berikut adalah informasi mengenai sejumlah kain yang berbahaya untuk bayi sehingga sebaiknya dihindari. Kain tersebut memiliki sejumlah risiko bayi kulit bayi yang masih sensitif. 

Risiko tersebut antara lain ruam, alergi, iritasi, dan sebagainya. Jadi, sebelum membeli baju bayi sebaiknya orangtua mengecek lebih dulu material kain tersebut. 

1. Poliester dan nilon

Orangtua sebaiknya menghindari baju yang terbuat dari kain poliester dan nilon. Sebab, kedua kain ini diproduksi menggunakan bahan aditif berbasis petrokimia yang mengeluarkan Volatile Organic Compounds (VOS), yaitu senyawa organik yang mudah menguap. 

Bagi bayi, kandungan tersebut berisiko menyebabkan asma, alergi, dan infeksi paru-paru lainnya pada anak. 

2. Teflon 

Tidak banyak yang mengetahui, bahwa teflon merupakan salah satu jenis lapisan kain. Pelapis kain jenis ini, kemungkinan besar dijumpai pada pakaian yang memiliki label anti kerut. 

Baju anti kerut kemungkinan besar dilapisi teflon karena dapat menjaga pakaian bebas kusut. Pakaian berlapis teflon mungkin tidak kusut namun dapat terbakar jika terkena panas.

Selain itu, gas beracun yang dikeluarkan oleh kain ini bisa berbahaya bagi bayi.

3. Wol 

Meskipun terbuat dari bahan alami, namun sebaiknya orangtua menghindari pemakaian kain wol bagi bayi. Wol memang bagus untuk memberikan kehangatan bagi bayi. 

Namun, kain wol memiliki tekstur kasar sehingga dapat membuat kulit bayi yang sensitif menjadi iritasi. 

4. Rayon

Banyak orang salah mengira bahwa kain rayon aman bagi bayi karena menggunakan material pulp atau bubur kertas dari kayu sehingga bersifat natural. 

Faktanya, kain rayon juga berisiko bagi bayi lantaran melalui proses kimia. Sejumlah bahaya yang dapat ditimbulkan dari pemakaian kain rayon untuk bayi seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, dan nyeri dada.

5. Akrilik 

Kain akrilik memiliki penampilan yang menyerupai kain wol, namun dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini, cukup menarik bagi sejumlah orangtua. 

Sayangnya, kain akrilik dibuat menggunakan kombinasi berbagai zat beracun. Bahkan, beberapa di antaranya sangat berbahaya bagi bayi. 

6. Setat dan triasetat

Kedua jenis kain ini diproduksi menggunakan selulosa, yakni serat kayu yang dibuat melalui proses kimia ekstensif untuk memberikan hasil akhir yang diinginkan. 

Namun, penelitian menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan berbagai alergi kulit, ruam, dan bahkan sesak napas pada anak-anak. Jadi, sebaiknya orangtua menghindari baju yang terbuat dari kain setat dan triasetat. 

Untuk menghindari risiko pada anak, sebaiknya orangtua memiliki baju bayi dari bahan organik. Meskipun kain organik juga mengalami sejumlah proses tertentu, namun masih jauh lebih baik daripada jenis kain sintetis yang disebutkan di atas.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/04/23/190130720/6-jenis-kain-yang-berbahaya-bagi-bayi-ketahui-risikonya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com