Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Korea Ada Lomba Melamun Selama 90 Menit, Tak Lakukan Apa-apa

KOMPAS.com - Lebih dari 100 orang berkumpul di atas matras yoga selama akhir pekan untuk tidak melakukan apa-apa dalam sebuah acara di Seoul, Korea Selatan.

Mereka berkumpul untuk sebuah kompetisi tahunan bertajuk "Space-out".

Acara ini merupakan tantangan fisik, karya seni, dan pelarian dari masyarakat Korea Selatan yang sangat kompetitif.

Acara yang diadakan pada Minggu (12/05/2024) ini mengharuskan pesertanya melamun selama 90 menit tanpa tertidur, memeriksa ponsel, atau berbicara.

Detak jantung peserta dipantau, sementara juri memilih 10 peserta favorit mereka. Pemenangnya adalah mereka yang memiliki detak jantung paling stabil.

  • Ada Lomba Tidur di Korsel, Pesertanya Capai Ratusan Orang
  • Tidur 7-9 Jam Per Malam Bisa Tingkatkan Kesehatan Otak, Benarkah?

Salah satu peserta adalah Kwak Yoon-gy, peraih medali perak Olimpiade dua kali.

"Saya mencoba Olimpiade lima kali dan tidak pernah beristirahat dengan benar selama 30 tahun berlatih," kata atlet spesialis lintasan pendek berusia 34 tahun itu, yang meraih tempat ketiga seperti dilansir dari laman CNN.

"Saya mendengar tempat ini adalah di mana saya bisa menenangkan pikiran dan beristirahat," lanjutnya.

Cara pulih dari stres

Lebih dari 4.000 orang mendaftar untuk kompetisi yang diselenggarakan oleh pemerintah kota.

Namun, hanya 117 peserta yang dipilih mulai dari anak kelas dua hingga orang berusia 60 tahunan. Bagi banyak peserta, ini adalah cara untuk pulih dari kelelahan dan stres.

“Saya biasanya memiliki banyak kekhawatiran dan stres, jadi saya mendaftar karena saya pikir akan menyenangkan menghilangkan stres dan kekhawatiran dengan melamun,” kata YouTuber Kim Seok-hwan, 26 tahun.

  • Awas, Kurang Tidur Bisa Bikin Orang Merasa Lebih Tua 10 Tahun
  • Apa Itu Pink Noise dan Bagaimana Bisa Membantu Kita Tidur?

Tahun ini adalah tahun ke-10 kompetisi yang didirikan oleh seorang seniman visual bernama Woopsyang setelah ia mengalami kelelahan parah.

Saat itu, ia bertanya-tanya mengapa dirinya mengalami kecemasan saat tidak melakukan apa-apa.

“Saya menyadari kecemasan ini berasal dari membandingkan diri dengan orang lain yang sibuk," ucapnya.

Woopsyang kemudian menciptakan kompetisi ini agar semua orang bisa beristirahat bersama.

Sejak pertama kali diadakan di Seoul pada 2014, acara ini telah berkembang secara internasional, dengan kompetisi di berbagai kota seperti Beijing, Rotterdam, Taipei, Hong Kong, dan Tokyo.

  • Jangan Tidur Pakai Makeup, Ini 4 Bahayanya
  • Aromaterapi Bantu Relaksasi dan Tingkatkan Kualitas Tidur

Tahun ini, kompetisi di Seoul dimenangkan oleh penyiar lepas Kwon So-a, yang membawa pulang piala berbentuk patung "The Thinker" karya Auguste Rodin.

"Di Korea, orang berpikir jika tidak melakukan apa-apa, mereka bakal tertinggal," kata Kwon, 35 tahun.

Ia meyakini, setiap orang idealnya memiliki ritme hidup sendiri dan tak seharusnya khawatir jika sesekali ritme kesehariannya melambat.

Kwon menilai, melamun baik untuk kesehatan mental dan fisik karena tubuh dituntut untuk rileks. Namun, tubuh hanya bisa rileks jika otak juga rileks.

"Untuk kedua alasan ini, maka oang harus melamun," ucapnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/05/24/171300820/di-korea-ada-lomba-melamun-selama-90-menit-tak-lakukan-apa-apa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com