KOMPAS.com - Saat maih kecil, anak-anak biasanya suka berbicara dan diajak ngobrol. Dari saat kita menjemput mereka dari sekolah hingga sebelum tidur — anak-anak menceritakan semua yang ada dalam pikiran mereka.
Namun beranjak remaja, anak mungkin menjadi lebih jarang berbicara ada orangtuanya, bahkan sekedar menjawa dengan kata “baik” atau “OK”. Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua?
Psikolog anak Vanessa Jensen, PsyD, mengatakan yang terpenting adalah jangan menyerah untuk mencoba.
Kiat untuk berbicara dengan anak remaja
Berbicara dengan remaja itu sulit karena berbagai alasan. Kebanyakan remaja mulai “menarik diri” pada masa yang sering kali bertepatan dengan masa pubertas, kata Dr. Jensen.
Ini juga merupakan masa ketika aktivitas sehari-hari mereka mungkin lebih banyak berkisar pada teman sebaya, guru, dan pelatih dibandingkan dengan orangtua.
Dan jika keadaan di rumah tidak nyaman – atau jika seorang anak mempunyai persepsi bahwa orang tuanya tidak bisa diajak bicara – mereka akan mulai lebih bergantung pada orang lain, tambahnya.
Namun Dr. Jensen membagikan sembilan tip untuk membantu anak remaja lebih terbuka terhadap Anda sebagai orangtua. Remaja mungkin tidak akan banyak mengoceh seperti waktu kecil, namun mereka mungkin akan lebih mudah diajak bercakap-cakap.
1. Sadarilah bahwa menjadi remaja saat ini tidaklah sama
Remaja masa kini mengalami banyak stres, kata Dr. Jensen, karena kecepatan pergerakan segala sesuatunya. Pikirkan kembali saat Anda masih remaja. Tidak ada media sosial. Tidak ada YouTube. Tidak ada ponsel pintar — dan Anda mungkin belum memiliki ponsel sama sekali!
Bahkan hal-hal yang tampak mirip - seperti sekolah - ternyata tidak sama. Anak-anak harus belajar lebih banyak daripada yang pernah kita lakukan untuk lulus. Kesulitan untuk diterima di sekolah favorit atau perguruan tinggi makin meningkat seiring dengan naiknya biaya.
Tekanan untuk belajar dan mendapatkan pekerjaan yang baik menjadi lebih besar dari sebelumnya. Dan jangan lupa bahwa pelajar saat ini harus menghadapi ancaman bully baik di kehidupan nyata maupun online.
Akan ada beberapa aspek kehidupan remaja yang sulit dipahami oleh orang tua, Dr. Jensen mengakui. Tentu saja kita masih bisa berempati. Namun penting untuk diketahui bahwa kita tidak selalu tahu persis apa yang dialami remaja – sama seperti orang tua Anda yang mungkin kesulitan memahami Anda saat itu!
2. Cara dan suasana itu penting
Kemungkinan besar percakapan dengan anak remaja terjadi saat Anda melakukan hal lainnya, misalnya sambil mencuci piring, memasak, atau nonton TV dan bermain ponsel. Itu tandanya Anda tidak memberikan perhatian penuh kepada mereka.
Kadang-kadang orangtua tidak tahu bagaimana memulai membicarakan topik yang sulit atau sensitif dengan anak remajanya, sehingga mencoba menyinggungnya sambil mengerjakan hal lain.
“Jika anak merasa malu atau tidak nyaman, atau tidak mendapat perhatian penuh, kecil kemungkinannya mereka akan menceritakan apa yang dialaminya kepada Anda,” Dr. Jensen menjelaskan. Selain itu kehadiran mata orangtua sering membuat anak gelisah.
“Salah satu momen yang bisa dipakai untuk bicara dengan anak remaja adalah ketika sedang mengemudi, Anda tidak dapat melihat wajahnya. Dan mereka tidak perlu melihat wajah Anda. Tidak harus melihat reaksi orangtuanya terkadang membuat mereka cenderung mau berbicara.”
3. Terus melakukan sesuatu bersama-sama
Carilah peluang untuk menghabiskan waktu bersama anak remaja Anda tanpa memengaruhi rencana mereka bersama teman-temannya. Tawarkan untuk berhenti untuk makan es krim setelah latihan malam mereka. Ajak mereka untuk ikut saat Anda pergi ke toko perkakas.
Ajaklah mereka menonton pertandingan olahraga di TV yang kalian berdua sukai. Jika mereka suka memasak, biarkan mereka mencobanya di saat libur.
Mereka mungkin tidak selalu menerima ajakan itu. Tapi tidak apa-apa. Menciptakan peluang adalah kuncinya.
4. Tunjukkan bahwa Anda memercayai mereka
Mencapai keseimbangan antara memercayai anak Anda untuk mandiri dan menjaga mereka tetap aman adalah hal yang sulit. Namun jika Anda diam saja soal itu, masalah tersebut tidak akan selesai dan komunikasi tidak akan terjadi.
Misalnya anak Anda yang berusia 16 tahun bertanya tentang rokok atau alkohol. Jika tanggapan Anda adalah “Aku akan memberitahumu ketika kamu sudah besar nanti,” atau langsung mengatakan, “Kamu tidak boleh mencobanya,” maka Anda menutup percakapan penting.
Salah atau benar, anak remaja Anda mungkin merasa Anda tidak memercayainya. Di masa depan, mereka mungkin akan beralih ke teman atau internet untuk menjawab pertanyaan mereka. Percakapan seperti itu juga dapat membuat anak remaja cenderung tidak menghubungi Anda jika mereka sedang mencoba hal-hal baru.
Daripada memotong pembicaraan, jawablah pertanyaan mereka dan jelaskan dampak dan peraturan yang kalian sepakati tentang konsumsi rokok dan alkohol. Dengan bersikap terbuka terhadap percakapan mengenai topik sensitif, Anda menunjukkan bahwa Anda menghormati anak Anda.
Hal ini mungkin tidak membuat mereka lalu tertib mengikuti aturan, belum tentu, namun mungkin membuat mereka lebih terbuka kepada Anda.
5. Ajukan pertanyaan dengan cara yang berbeda
“Saat dihadapkan pada tembok keheningan, beberapa orang tua cenderung diam dan berhenti bertanya,” kata Dr. Jensen. “Atau jika seorang anak mulai memberi mereka jawaban, 'Aku tidak tahu,' beberapa orang tua merasa mereka tidak seharusnya bertanya lebih jauh.”
Namun itu bukan cara yang tepat. Ketika seorang anak belum terlalu terbuka dengan detail tentang kehidupannya, Dr. Jensen merekomendasikan untuk bertanya dengan cara yang lebih kreatif.
Jangan hanya bertanya, “Bagaimana harimu?” Sebaliknya, tanyakan tentang sesuatu yang spesifik. Coba tanyakan bagaimana hasil tes tertentu. Atau bagaimana kabar sahabatnya, atau hal lain yang mungkin baru-baru ini mereka sebutkan.
Dengan mengajukan pertanyaan secara lebih khusus, Dr. Jensen mengatakan hal itu membuat mereka tahu bahwa Anda benar-benar memperhatikan, benar-benar mendengar – dan peduli.
6. Berlatih mendengarkan secara aktif
Siapa yang mendominasi pembicaraan saat Anda berbicara dengan anak remaja Anda? Saat anak berbicara, apakah Anda benar-benar mendengarkannya?
Banyak orangtua merasa pendapatnya paling benar, sehingga tidak mau mendengar alasan anak. Mereka kemudian terkesan hanya mendoktrin dan menuntut. Hal itu jelas membuat anak enggan bicara.
Mendengarkan secara aktif adalah sebuah keterampilan. Dan seperti keterampilan lainnya, Anda harus melatihnya. Menjadi pendengar yang baik menunjukkan rasa hormat terhadap anak Anda.
Kepercayaan dan empati yang Anda bangun melalui mendengarkan secara aktif juga meningkatkan kemungkinan anak remaja Anda akan meminta pendapat Anda di masa depan saat dia ingin mendiskusikan sesuatu.
7. Akui perasaan mereka
Pikirkan kembali saat remaja Anda masih balita. Saat dia terjatuh dan lututnya tergores, Anda bisa menenangkannya dengan mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja. Ketika ada monster di bawah tempat tidur mereka, Anda akan memberi tahu mereka bahwa tidak ada apa-apa di sana. Ini cara yang bagus untuk meyakinkan balita. Tapi untuk remaja? Tidak semua hal akan mempan.
Tahan keinginan untuk menyalahkan atau “memperbaiki” saat anak menceritakan masalahnya.
Berikut beberapa contohnya:
Mereka mungkin berteriak, melontarkan komentar kasar atau menyakitkan, atau langsung merajuk. Anda tidak harus menerima hal itu, namun Anda perlu memahaminya.
Anak Anda akan menjadi kekanak-kanakan dari waktu ke waktu. Namun itu tidak berarti Anda harus merespons dengan cara yang sama. Contohkan keterampilan komunikasi yang baik. Cobalah untuk tidak meninggikan suara Anda. Berhentilah sejenak dan luangkan waktu untuk bernapas jika Anda merasa kewalahan atau kesal. Jangan membuat komentar yang Anda tahu akan menyakitkan.
Dengan tetap tenang, Anda menunjukkan kepada anak bahwa mereka benar-benar bisa berbicara dengan Anda tentang apa pun.
9. Ketahui kapan harus istirahat
Jika suatu pembicaraan menjadi terlalu berat, terlalu menjengkelkan, atau terlalu panas, tidak ada salahnya untuk mengambil istirahat. Jelaskan kepada anak remaja Anda mengapa Anda ingin jeda sebentar. Kemudian, bersama-sama, buatlah rencana untuk kembali ke percakapan.
Pada akhirnya, Dr. Jensen mengatakan bahwa semuanya tergantung pada komunikasi. Anda harus terus berbicara, terus mendengarkan, dan terus menyediakan diri. Meskipun anak remaja Anda tidak menginginkan nasihat, pastikan Anda selalu ada untuk mendengarkan.
Tidak semua percakapan akan menjadi besar. Namun pembicaraan kecil dan banyak momen singkat dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan sosial dan emosional anak Anda.
https://lifestyle.kompas.com/read/2024/06/24/134240420/cara-berkomunikasi-dengan-anak-remaja-jika-mereka-tidak-ingin-bicara