Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mom-shaming Tak Hanya Berdampak pada Ibu, tetapi Juga Anak

KOMPAS.com - Mom-shaming tidak hanya memengaruhi ibu, tetapi juga anak.

Hal ini terutama jika gara-gara menjadi korban mom-shaming, sang ibu kemudian mengubah pola asuh yang selama ini dijalankannya sebagai rutinitas.

Alhasil, anak bisa jadi merasa bingung. Selain itu, pandangannya terhadap ibu juga bisa berubah. Hal ini bisa memengaruhi indeks kredibilitas ibu.

Adapun mom-shaming adalah tindakan mengkritik atau mempermalukan seorang ibu terkait cara dia membesarkan anaknya.

"Berpengaruh ke credibility index ibu. Pengasuhan itu penting sekali ada kredibilitas," kata Ketua Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH. di Jakarta, Senin (1/7/2024).

  • Bentuk Mom-Shaming yang Marak di Indonesia, Termasuk Komentari Pola Asuh Anak
  • 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom-Shaming, Pelaku Sering dari Keluarga

Dalam penelitian yang dilakukan HCC, sebanyak 60 persen atau enam dari 10 ibu di Indonesia mengganti pola asuh karena mom-shaming.

Biasanya, kritik yang dituturkan tidak membangun dan justru berdampak pada kesehatan fisik dan mental ibu.

Pola asuh terhadap anak adalah tindakan yang dilakukan ibu setiap hari sehingga menjadi sebuah rutinitas tersendiri.

Misalnya saja mengganti popok, memberi makan, mengajak bermain, atau mengajak jalan-jalan anaknya.

"Mengganti pola asuh berarti mengganti rutinitas. Begitu mengganti rutinitas, anak yang sudah (berusia) di atas balita tahu kenapa (pola asuh) diganti," papar Ray.

Mengganti pola asuh bukanlah suatu masalah, tetapi berbahaya ketika anak dilibatkan oleh pelaku mom-shaming.

  • Tak Cuma Mental, Mom-Shaming Pengaruhi Fisik dan Kehidupan Sosial Ibu
  • Perawatan Wajah yang Boleh Dilakukan oleh Ibu Hamil, Apa Saja?

Sebagai contoh, seorang tante yang menarik tangan keponakannya sambil menunjukkan kepada ibu sang anak bahwa keponakannya kurus.

"Apalagi, dibandingkan "coba lihat nih anaknya adikmu gemuk". Itu mom-shaming sudah parah banget. Kredibilitas ibu langsung anjlok," Ray berujar.

Ketika mom-shaming sudah berdampak pada pola pengasuhan anak, sebaiknya ibu langsung meminta bantuan konseling untuk dibantu mencarikan jalan keluar.

Sebagai informasi, penelitian dari HCC mengungkapkan, 72 persen atau tujuh dari sepuluh ibu di Indonesia mengalami mom-shaming.

Dampaknya signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional mereka.

Pasalnya, para pelaku atau aktor mom-shaming berasal dari lingkungan inti mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal.

  • Ibu Hamil Konsumsi Makanan Manis, Bikin Bayi Obesitas?
  • Ibu Hamil Boleh Minum Kopi dan Teh, asalkan...

Temuan ini berdasarkan studi yang berlangsung sejak Maret 2024 dan melibatkan 892 ibu di Indonesia sebagai responden.

Masing-masing partisipan cukup beragam perihal pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, status pernikahan, dan jumlah anak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/07/05/070400320/mom-shaming-tak-hanya-berdampak-pada-ibu-tetapi-juga-anak

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com