JAKARTA, KOMPAS.com – Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak memandang jenis kelamin, karena bukan hanya dapat dialami oleh perempuan, tapi juga laki-laki.
Ketika mengetahui keluarga atau orang terdekat mengalami KDRT, banyak masyarakat tergugah untuk menolong dan menyelamatkan korban.
Akan tetapi, dalam prosesnya, terkadang ada tindakan atau perkataan yang mungkin dilakukan dengan niat baik terhadap korban, padahal, tindakan atau perkataan itu justru dapat memperburuk kondisi mental korban KDRT.
University of North Carolina (UNC) School of Government mengeluarkan panduan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menolong korban KDRT.
Dikutip dari panduan tersebut, Rabu (14/8/2024), berikut Kompas.com rangkum hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat menolong korban KDRT:
1. Menanyakan hal yang tidak perlu
Menanyakan hal yang tidak perlu, seperti mengapa korban tetap bersama pelaku KDRT, adalah hal yang perlu dihindari.
Ini adalah pertanyaan yang dapat membuat korban merasa malu dan terkesan menyindir bahwa korban bersalah. Meninggalkan pelaku tidak selalu mudah bagi korban. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, salah satunya anak.
2. Membanjiri mereka dengan informasi
Selanjutnya, berasumsi bahwa korban mengetahui pilihan dan layanan apa saja yang tersedia terkait KDRT.
Jika korban ternyata tidak tahu, jangan langsung membanjiri mereka dengan beragam informasi tentang KDRT.
3. Menunjukkan kekecewaan
Ketika menangani korban KDRT, jangan menunjukkan kekecewaan apabila ia memilih untuk tetap bersama pelaku. Ini dapat memunculkan perasaan gagal dan tidak berharga pada diri korban.
4. Tidak fokus pada korban
Alih-alih memfokuskan seluruh perhatian pada korban, orang yang menolong ada kalanya terlalu fokus menjadi konselor pernikahan "dadakan", mediator, atau penengah antara kedua belah pihak. Padahal, terpenting adalah menyelamatkan korban KDRT.
5. Bersikap sinis dan frustrasi
Hindari bersikap sinis terhadap kegagalan korban KDRT dalam mengambil tindakan, atau bagaimana mereka seharusnya merespons.
Perasaan frustrasi yang muncul dari sikap itu dapat menyebabkan korban menyalahkan dirinya sendiri, serta memengaruhi kemampuanmu untuk mengintervensi kasus KDRT secara efektif.
6. Menyepelekan permasalahan
Jangan pernah menyepelekan permasalahan KDRT sampai mengabaikan, bahkan meminimalisasi, potensi bahaya dari kasus tersebut.
7. Menerima alasan yang tidak jelas
Tidak jarang korban KDRT memiliki cedera pada tubuhnya. Sebagai pihak yang menolong korban, jangan menerima cedera yang tidak dapat dijelaskan oleh korban, terutama ketika disertai alasan yang tidak masuk akal.
Misalnya, saat menerima pukulan di wajah, korban mungkin akan berbohong bahwa jatuh adalah penyebabnya. Usahakan untuk memastikan pada korban, penyebab cedera sebenarnya.
Kasus KDRT di tahun 2024
Kasus KDRT marak terjadi sejak awal tahun 2024. Berdasarkan penelusuran Kompas.com, Rabu (14/8/2024), setidaknya terdapat sekitar 20 kasus KDRT yang telah diberitakan Kompas.com sejak awal tahun 2024.
Terbaru, selebgram Cut Intan Nabila mengungkapkan KDRT yang dilakukan oleh suaminya, Armor Toreador, melalui salah satu unggahan di akun Instagramnya pada Selasa (13/8/2024).
Ia mengunggah rekaman kamera CCTV yang menunjukkan tindakan suaminya. Melalui keterangan tulisan, Cut Intan menceritakan telah menyimpan puluhan video sebagai bukti.
https://lifestyle.kompas.com/read/2024/08/14/130300520/7-hal-yang-perlu-dihindari-saat-menolong-korban-kdrt