Fenomena ini sebenarnya sudah terjadi sejak sekitar tahun 2015, terutama di kalangan penggemar Korean Pop (K-Pop) di media sosial Twitter.
Misalnya, akun dengan avatar (foto profil) artis K-Pop dan display name yang tidak menunjukkan nama asli pengguna akun.
Namun, belakangan ini, semakin banyak orang membuat second account, sehingga fenomena ini kembali diperbincangkan.
Psikolog klinis sekaligus Pendiri Cup of Stories Fitri Jayanthi, M.Psi. mengungkap, ada alasan di balik seseorang membuat dan menggunakan .
"Ada kecenderungan mereka ingin menunjukkan secara terpisah antara diri mereka yang ingin mereka tunjukkan ke publik (ideal self), dengan diri mereka yang sebenarnya (real self)," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis (12/9/2024).
Keinginan Menunjukkan Sisi Diri Sebenarnya
Akan tetapi, diri mereka yang sebenarnya juga ada kecenderungan pada dua hal, yakni mengekspresikan diri secara bebas atau memiliki perilaku toksik.
Dengan kata lain, second account digunakan untuk menunjukkan salah satunya, yaitu ideal self atau real self, karena di dunia nyata tidak memungkinkan.
Sebagai contoh, karena real self seseorang tidak bisa mengekspresikan diri dengan bebas di dunia nyata, ia beralih ke second account untuk menunjukkannya alias menjadi ideal self.
Sebab, ideal self-nya atau kesempatan mengekspresikan diri dengan bebas tidak terakomodir di dunia nyata.
"Banyak orang dengan profesi tertentu, di akun utama mereka, mereka sudah branding citra mereka dengan ketentuan tertentu," papar Fitri.
"Padahal, itu bukan real self mereka, sehingga mereka membuat second account untuk menunjukkan real self mereka," imbuh dia.
Artinya, seseorang yang real self-nya cenderung memiliki perilaku toksik, juga bisa beralih ke second account sebagai ideal self, karena tidak bisa menampilkannya di dunia nyata.
https://lifestyle.kompas.com/read/2024/09/12/135100220/psikolog-ungkap-alasan-seseorang-memiliki-second-account-di-media-sosial