Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Tips Mencegah Hijab Berbau Tak Sedap

Masalahnya, hal tersebut bisa membuat diri sendiri dan orang-orang di sekitar tidak nyaman.

Belum lagi, pengguna hijab yang bau apek bisa dicap negatif, karena dianggap tidak menjaga higienitas.

Ina, pemilik jenama hijab lokal Kisera mengatakan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hijab berbau tidak sedap.

Apa saja? Yuk, simak penjelasannya.

Cara mencegah hijab bau apek

1. Jangan pakai hijab saat rambut masih basah

Ina mengingatkan untuk tidak menggunakan hijab saat rambut dalam keadaan basah.

"Misalnya habis keramas, tapi buru-buru mau berangkat, jadinya rambut masih basah tapi langsung pakai hijab. Sebaiknya itu jangan," kata dia di Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2025, Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kabupaten Tangerang, Rabu (9/10/2024).

Sebab, rambut yang masih basah atau lepek tidak bisa kering dengan sempurna saat ditutup oleh hijab.

Alhasil, kuman penyebab bau apek akan tumbuh. Bau apek tidak hanya akan tercium pada rambut, tetapi juga hijab.

2. Jangan pakai saat hijab belum kering

Pastikan memakai hijab yang kering. Hijab yang lembap akan menimbulkan bau apek yang mengganggu.

Ada kalanya, untuk pakaian atau hijab favorit, kita menerapkan sistem "cuci pakai". Hal ini sah-sah saja, asalkan pakaian dalam keadaan benar-benar kering. 

Ina tidak menampik, ada orang-orang yang langsung menggunakan hijab favoritnya, meski dalam keadaan belum sepenuhnya kering.

Padahal, perilaku ini juga bisa membuat rambut dan hijab berbau tidak sedap sepanjang hari.

"Bagaimanapun, kain yang basah atau lembap bisa menyimpan bakteri saat langsung dipakai, dan bisa bikin bau juga," ucap dia.

Sebaiknya, tunggu sampai hijab benar-benar kering untuk mencegah kemunculan bau apek.

3. Pakai bahan hijab yang tidak terlalu tebal

Kulit kepala bisa berkeringat ketika cuaca sedang panas. Hijab dan rambut yang sebelumnya kering, bisa menjadi lembap akibat keringat.

Untuk menjaga kulit kepala agar bebas keringat, jangan pakai hijab yang bahannya terlalu tebal. Misalnya adalah polyester.

"Polyester memang bahan yang menyerap karena bercampur sama katun, tapi enggak terlalu. Jadi saat kena angin, dia cepat kering," tutur Ina.

4. Biarkan kulit kepala terkena udara

Terakhir, Ina menyarankan untuk membiarkan kulit kepala terkena udara dengan membuka hijab.

Ini bisa dilakukan sebelum atau setelah beribadah di mushala atau masjid. Luangkan waktu beberapa menit sebelum menggunakan mukena, atau sebelum menggunakan hijab usai melepas mukena.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/10/15/130100320/4-tips-mencegah-hijab-berbau-tak-sedap

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com