Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal "Working Memory", Berdampak pada Anak SD yang Kurang Gizi

Penelitian ini dilakukan oleh Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) terhadap 500 anak SD di Manggarai dan Tanjung Priok, Jakarta.

Direktur Eksekutif FKI, Prof. Nila F Moeloek, menjelaskan bahwa working memory berkaitan erat dengan kemampuan anak dalam menangkap informasi selama proses belajar di sekolah.

  • 5 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Memilih Nama Anak
  • 8 Ciri-ciri Bayi yang Cerdas, Rasa Ingin Tahunya Besar

Apa Itu working memory?

Working memory, atau memori kerja, adalah sistem kognitif yang memungkinkan seseorang untuk menyimpan dan memproses informasi dalam waktu singkat.

“Working memory itu daya tangkapnya. Jadi, kalau anak yang pandai, biasanya cepat tangkap,” papar Nila dalam media briefing terkait pemenuhan gizi anak SD di Beautika Restoran, Senayan, Jakarta, Selasa (22/10/2024).

Anak-anak dengan daya tangkap informasi yang baik mampu menemukan solusi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dengan lebih efektif.

Menurut Nila, working memory sangat penting bagi anak-anak SD untuk menunjang perkembangan mereka hingga dewasa.

“Kalau ini (working memory) melemah, tentunya akan menyulitkan mereka untuk belajar atau menangkap apa yang dikatakan oleh guru,” ucapnya.

  • Ciri-ciri Anak Pintar Seperti Apa? Perhatikan 10 Hal Ini
  • 10 Kebiasaan Anak-anak Pintar, Bisa Ditiru

Working memory yang lemah dapat mengakibatkan kesulitan dalam memperhatikan informasi yang disampaikan serta menyimpan dan memproses informasi secara bersamaan.

Penyebab working memory melemah

Nila mengungkapkan bahwa working memory dapat melemah akibat kekurangan gizi, terutama asupan makanan yang mengandung zat besi dan energi yang tidak optimal.

Anak-anak dengan perawakan pendek karena kurang gizi juga lebih berisiko mengalami gangguan working memory dibandingkan dengan mereka yang memiliki status gizi baik.

“Temuan ini merupakan peringatan keras terhadap masa depan kesehatan dan pendidikan di Indonesia. Kalau skor working memory-nya rendah, proses dasar otak untuk belajar selama sekolah tidak akan berjalan dengan baik,” tegas Nila.

Koordinator Riset dan Kajian FKI, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, menambahkan bahwa kondisi kurang gizi dan anemia defisiensi besi dapat mengancam prestasi akademik anak.

“Dari evaluasi kami, juga ditemukan bahwa murid SD kelas 3 hingga kelas 5 di Jakarta hampir 30 persen anak yang anemia mengalami gangguan working memory,” tuturnya dalam kesempatan yang sama.

  • Bisa Bikin Anak Menurut, Apa Itu Hypnoparenting?
  • Hampir Usia 2 Tahun Anak Belum Bisa Bicara, Perlu ke Dokter?

Cara mengatasi masalah working memory

Nila, yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2014-2019, menyarankan agar anak-anak dengan working memory rendah diberikan asupan nutrisi yang seimbang.

Panduan termudah adalah pedoman makan “Isi Piringku” dari Kemenkes, yang merupakan konsep “4 Sehat 5 Sempurna”.

Artinya, dalam sepiring makanan yang akan disantap anak saat sarapan, harus terdapat sumber karbohidrat sebagai makanan pokok, lauk pauk berupa protein hewani dan/atau nabati, serta buah dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral.

“Makanan (bergizi seimbang) dan kaya zat besi bisa mencegah anemia (dan kurang gizi) di usia anak. Tentunya, asupan gizi selama sekolah sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi, demi proses belajar,” pungkas Nila.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/10/23/113235020/mengenal-working-memory-berdampak-pada-anak-sd-yang-kurang-gizi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com