KOMPAS.com - Di tengah dinamika era modern, banyak orangtua yang khawatir anak mereka akan tumbuh menjadi bagian dari "strawberry generation" atau generasi strawberry, generasi yang dianggap rentan dan mudah tertekan seperti buah stroberi.
Adapula orangtua yang secara tidak sadar memberlakukan pola asuh tertentu yang membuat mental anaknya terbentuk menjadi generasi strawberry.
Untuk mencegah anak tumbuh menjadi generasi strawberry, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan.
4 cara mencegah anak jadi generasi strawberry
1. Menanamkan etos keluarga yang baik
Langkah pertama yang bisa diambil orangtua untuk mencegah anak menjadi generasi strawberry adalah menanamkan etos keluarga yang baik.
Menurut Guru Besar Universitas Indonesia sekaligus pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali, anak-anak dengan etos keluarga positif akan tumbuh dengan semangat juang dan kepribadian yang kuat.
"Di kelas saya itu 30 orang bagus-bagus. Mereka duduk mendengarkan, pakai laptop untuk mencatat saat dosennya berbicara. Itu luar biasa, dan setelah saya lihat-lihat, etos keluarganya bagus, mereka sudah diseleksi," ujar Rhenald ketika diwawancarai Kompas.com, Senin (28/10/2024).
Dengan etos keluarga yang kuat, anak tidak akan tumbuh menjadi generasi strawberry yang rentan dan bermental lemah.
"Etos keluarga itu tentang kejujuran, rasa hormat, belajar kembali, menghormati sesama, disiplin, kerja keras, bisa bekerja sama, dan menyayangi teman. Itu semua adalah nilai-nilai yang tidak kelihatan," jelasnya.
2. Membiarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri
Orangtua perlu memberikan kesempatan agar anak menghadapi masalahnya sendiri.
Dengan menghadapi tantangan, anak dapat mempelajari banyak hal berharga untuk perkembangan karakter mereka.
"Anak menjadi hebat karena dia bisa meng-handle masalah. Tapi kalau setiap kali ada masalah, orangtua yang ambil alih, anak itu tidak pernah punya karakter," ungkap Rhenald.
Jika anak tampak tidak sanggup atau meminta bantuan, barulah orangtua memberikan uluran tangan.
Kendati demikian, kata Rhenald, hal itu bukan untuk mengambil alih posisi anak dalam menyelesaikan masalah melainkan mengingatkannya agar lebih kuat dan tidak takut dalam menghadapi masalah apapun.
"Kecuali masalah itu sudah mengancam jiwanya, orangtua harus langsung turun," lanjutnya.
Ia mencontohkan, saat ini banyak orangtua aktif membentuk kelompok komunikasi di sekolah anak-anak mereka, tak hanya di tingkat sekolah dasar, tetapi juga hingga sekolah menengah atas (SMA) atau kuliah.
Padahal, seharusnya orangtua mulai memberikan kebebasan dan tidak terlalu campur tangan.
"Sekolah itu harus mulai melarang membentuk grup WA orangtua di SMA ke atas. Biarkan anak-anak menyelesaikan masalahnya sendiri," pungkas Rhenald.
Jika anak terlibat masalah dengan teman sekolahnya, biarkan mereka menyelesaikannya sendiri dengan guru sebagai mediator.
3. Kesadaran orangtua
Menurut Rhenald, untuk mencegah terbentuknya generasi strawberry, dibutuhkan kesadaran dari orangtua itu sendiri.
Mereka perlu tegas mengarahkan anak pada hal-hal positif.
"Jangan sampai mereka tidak bisa tegas pada anak. Anak jadi bisa mengatur orangtua," tuturnya.
4. Memberikan ruang untuk anak merenung
Orangtua juga sebaiknya memberikan ruang untuk anak merenung dan tidak selalu mengintervensi.
"Anak juga butuh privasi, perlu "me time" untuk merenung dan mengevaluasi apa yang terjadi," tutup Rhenald.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orangtua dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang tangguh dan siap menghadapi tantangan hidup, jauh dari label generasi strawberry.
https://lifestyle.kompas.com/read/2024/10/30/195000320/orangtua-lakukan-4-hal-ini-agar-anak-tak-jadi-generasi-strawberry