JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan tutup mulut (GTM) adalah istilah yang merujuk pada anak-anak yang tidak mau makan.
Sekalinya makan pun, porsinya lebih sedikit daripada porsi normal dan frekuensi makannya juga lebih jarang.
Permasalahan ini umum terjadi pada setiap anak. Bahkan, hampir semua orangtua pasti pernah melalui fase menghadapi anak GTM.
Namun, dokter spesialis anak dr. Kristian Wongso G., DTM&H, M.Sc., M.Krim., Sp.A. mengatakan, penyakit juga bisa menyebabkan anak GTM.
"Cari tahu anak enggak mau makan karena apa. Apakah jangan-jangan ada sakit, atau mungkin sakit di paru-paru?" tutur dia dalam diskusi daring, Kamis (7/11/2024).
Bisa jadi, anak mengalami sakit pada tenggorokan atau merasa mual. Alhasil, ia enggan menyantap apa pun, termasuk makanan favoritnya.
Kristian mengatakan, bukan hanya anak-anak yang mengalaminya. Orang dewasa pun ada yang tidak ingin makan saat sakit.
"Mau disodori makanan juga enggak mau makan, yang ada malah marah. Kalau anak, bahkan bisa sampai trauma," ucap dia.
Saat konsultasi pun, jangan lupa untuk membawa "buku pink" atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Sebab, setiap sesi konsultasi atau kunjungan ke posyandu, dokter atau bidan selalu mencatat tumbuh kembang anak di buku itu.
Buku KIA dapat membantu dokter melihat, apakah ada masalah pada tumbuh kembangnya ketika anak sedang GTM.
"Saya pernah ketemu orangtua yang bilang, anaknya tiga bulan ini GTM. Saya lihat (buku KIA), kurva (tumbuh kembang anak) bagus banget," ujar Kristian.
Berdasarkan hal tersebut, ternyata apa yang terjadi pada pasiennya bukanlah GTM. Namun, tubuh anak itu memang tidak memerlukan asupan nutrisi sebanyak yang dikira orangtuanya.
Inilah mengapa Kristian menyarankan, agar orangtua konsultasi ke dokter untuk lebih memastikan penyebab anak GTM.
Hal itulah, yang kemudian membuat orangtua terkadang mengambil "jalan pintas", ketika anak sedang GTM.
Alih-alih mencoba memberikan jenis makanan lainnya, atau konsultasi ke dokter, ayah dan ibu malah mengganti makanan dengan susu.
"Jangan pernah pakai jalan seperti itu, jangan kayak begitu, karena susu bukan pengganti makanan," tegas Kristian.
Susu memang pernah dijadikan sebagai bahan pangan yang menyempurnakan asupan nutrisi dalam konsep "4 Sehat 5 Sempurna".
Adapun, konsep tersebut menekankan pada konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Lalu, susu sebagai pelengkap.
Namun, konsep yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo selaku Bapak Gizi Indonesia sekitar tahun 1952, sudah tidak lagi digunakan.
Dalam PGS, susu termasuk ke dalam kelompok lauk pauk. Susu bukanlah asupan penyempurna, dan bisa diganti dengan jenis lain dengan nilai gizi yang sama.
"Ketahuilah, susu sebenarnya enggak wajib selama gizinya baik. Dan gizi yang baik adalah gizi yang seimbang," terang Kristian.
Jadi, langkah terbaik yang dilakukan dalam mengatasi GTM pada anak adalah memastikan penyebabnya dengan membawanya ke dokter.
https://lifestyle.kompas.com/read/2024/11/09/100500020/tak-melulu-soal-makanan-sakit-juga-bisa-jadi-penyebab-anak-gtm