Buku bilingual disebut dapat membuat anak kebingungan, harus berbicara menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa lainnya.
Namun, CEO & Founder Tentang Anak dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH menyangkal hal tersebut.
"Pada prinsipnya, dari waktu lahir sampai usia tiga tahun pertama itu adalah periode emas perkembangan bahasa," kata dia dalam peluncuran Pojok Pintar di RSCM Kiara, Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Menurut Mesty, periode emas itu harus dimanfaatkan oleh orangtua untuk memaparkan berbagai bahasa pada anak, selain bahasa Indonesia.
Misalnya mengajarkan bahasa Inggris, bahasa Mandarin, atau bahasa Jepang.
Ini bisa dilakukan melalui buku maupun diajarkan melalui orangtua yang berbicara pada anaknya menggunakan bahasa tersebut.
Meski begitu, Mesty menegaskan bahwa memaparkan berbagai bahasa pada anak tetap harus memerhatikan perkembangannya.
"Kecuali, anaknya pas screening perkembangan, terbukti kayaknya telat. Harusnya saat usia enam bulan sudah babbling, atau ngomong 'bububu' 'mamama'. Nah, ini diajarkan satu bahasa dulu," imbau Mesty.
Apabila anak sudah sering babbling atau mengoceh saat berusia enam bulan, orangtua bisa memberikan buku bacaan bilingual sambil mengajarkannya.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/03/25/081500420/buku-bilingual-bikin-anak-bingung-bahasa-benarkah-