Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Alasan Kamu Tak Perlu Menghubungi Lagi Setelah Di-Ghosting

KOMPAS.com – Pernah ditinggal seseorang begitu saja tanpa kabar usai intens berkomuniasi? Fenomena ini dikenal sebagai ghosting.

Rasa penasaran, keinginan untuk mendapat penjelasan, dan dorongan untuk "mencari kepastian" sering membuatmu tergoda untuk menghubungi pelaku ghosting. 

  • Apa Itu Ghosting? Arti, Penyebab, dan Dampaknya dalam Hubungan
  • 6 Penyebab Seseorang Melakukan Ghosting dalam Hubungan, Takut Komitmen

Padahal, mengirim pesan lagi kepada seseorang yang telah menghilang tanpa jejak justru bisa berdampak negatif secara emosional.

Berikut beberapa alasan mengapa kamu tidak perlu lagi menghubungi seseorang setelah di-ghosting.

Alasan tidak perlu menghubungi lagi setelah di-ghosting

1. Diam berarti jawaban

Menurut Patti Sabla, seorang pekerja sosial klinis berlisensi, keputusan untuk tidak merespons adalah bentuk komunikasi itu sendiri. 

Respon diam juga termasuk jawaban mereka tidak serius atau tidak menginginkan kamu. 

“Mereka sudah mengirim pesan lewat ketidakhadiran mereka. Tidak perlu mengirim pesan lagi untuk ‘memastikan’ apakah mereka tertarik atau tidak. Ghosting itu sendiri sudah merupakan jawaban,” ujar Sabla, dilansir dari Elite Daily, Rabu (18/6/2025).

Jika kamu tetap mencoba menghubungi, kamu justru mengajarkan bahwa perilaku tersebut dapat diterima. Padahal, seperti yang dikatakan Sabla, kamu harus mengajarkan orang lain bagaimana mereka boleh memperlakukan dirimu.

Menurut psikolog klinis Dr. Arianna Brandolini, rasa tidak nyaman akibat ghosting kerap dipicu oleh kebutuhan biologis otak untuk memulihkan rasa aman dan kontrol.

“Rasa ingin tahu, mengecek media sosial mereka, hingga keinginan untuk mendapatkan penjelasan, bukan berasal dari perasaan cinta, tetapi dari survival mode otak kita yang ingin 'memecahkan misteri',” ucapnya, disadur dari Forbes. 

Sayangnya, penelusuran semacam itu biasanya tidak menghasilkan jawaban yang memuaskan, hanya menambah kecemasan.

3. Mencari validasi dari orang yang tidak menghargai

Di-ghosting dapat memicu luka pada harga diri. Oleh karena itu, banyak orang merasa perlu untuk “membuktikan” bahwa mereka layak dengan cara mendapatkan kembali perhatian dari si pelaku ghosting.

Padahal, keinginan ini bukan karena benar-benar menginginkan orang tersebut, melainkan karena kebutuhan untuk meredakan perasaan ditolak atau validasi perasaan bahwa dia juga tertarik padamu.

Pelatih kencan daring Amy North menyatakan, orang yang melakukan ghosting biasanya adalah mereka yang tidak mampu mengungkapkan perasaan secara dewasa.

“Orang ghosting karena mereka takut bicara jujur soal perasaan mereka. Dan itu bukan tipe orang yang layak kamu perjuangkan,” kata North.

Menghubungi mereka kembali hanya akan memperpanjang keterlibatan emosional dengan orang yang sejak awal tidak menunjukkan itikad baik.

5. Kamu layak dihargai

Poin terpenting yang sering terlupakan adalah kamu layak mendapatkan seseorang yang menghargai waktumu, perasaanmu, dan keberadaanmu.

Daripada menghabiskan energi untuk seseorang yang memilih menghilang tanpa penjelasan, lebih baik fokus pada hubungan yang saling menghormati dan komunikatif.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/06/18/133200320/5-alasan-kamu-tak-perlu-menghubungi-lagi-setelah-di-ghosting

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com