Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Staf Presiden Prabowo Jadi Korban Love Scamming, Ini Penyebabnya Menurut Psikolog

KOMPAS.com – Kasus love scamming (penipuan cinta) yang dialami staf Presiden Prabowo Subianto, Kani Dwi Haryani menjadi perhatian publik baru-baru ini. Kani mengalami kerugian hingga Rp 48 juta. 

Mantan reporter televisi nasional itu ditipu oleh seorang perempuan berinisial MS asal Banten, yang menyamar sebagai laki-laki bernama Febrian dan mengaku sebagai pilot. Modus penipuan adalah MS meminjam uang untuk biaya pendidikan sang adik.

  • 5 Tips Pilih Wedding Organizer agar Tak Jadi Korban Penipuan
  • 4 Tips Terhindar dari Penipuan Saat Belanja Online, Awas Konten AI!

Kani dan "Febrian" menjalin komunikasi intens sejak akhir 2024 lewat Instagram hingga Kani akhirnya mulai curiga dan membongkar kebohongan sang pelaku.

Kenapa seseorang bisa kena love scamming?

Menurut psikolog Mira Damayanti Amir, S.Psi, love scamming bisa menjerat siapa pun dari berbagai kalangan sosial.

“Korban bisa saja orang cerdas, mapan, dan aktif secara sosial. Tapi ketika seseorang berada dalam kondisi emosional tertentu, seperti kesepian atau haus perhatian, logika bisa melemah,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (19/6/2025).

Mira menyoroti fenomena urban loneliness atau rasa kesepian yang dialami orang-orang yang hidup di kota besar meski tampak sibuk dan dikelilingi banyak aktivitas.

“Kadang seseorang terlihat kuat dari luar, tapi merasa kosong secara emosional. Ini yang jadi celah bagi pelaku love scam untuk masuk,” jelasnya.

Kendati begitu, Mira menyebut hal ini tak hanya terjadi dalam kasus Kani, melainkan banyak kasus serupa yang terjadi di lingkungan sekitar hanya saja tidak tersorot.

Mira mengatakan, pelaku biasanya menyamar sebagai laki-laki mapan dan perhatian, yang mampu menawarkan bentuk relasi yang hangat dan supportive.

Akibatnya, bagi korban yang tengah mengalami kesepian atau kekosongan relasi, perhatian semacam itu bisa terasa sangat berharga.

“Relasi yang dibangun di ruang online (daring) membuat kita hanya mengenal versi yang ditampilkan. Kita tidak bisa membaca ekspresi, bahasa tubuh, atau konteks yang lebih luas,” jelasnya.

Menurut Mira, manusia memiliki kebutuhan akan afeksi atau hubungan yang memberi rasa dihargai dan diperhatikan.

Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi dalam keseharian, misalnya karena sibuk, tidak punya pasangan, maka ruang kosong itu bisa diisi oleh perhatian dari siapa saja, termasuk pelaku penipuan asmara.

“Bagi banyak orang, hubungan relasi itu seperti nutrisi bagi jiwa. Kalau kekurangan, kita jadi mudah tergoda oleh bentuk perhatian yang tampaknya tulus, padahal manipulatif,” kata Mira.

Sementara itu, pelaku love scamming biasanya sangat pandai membangun kedekatan emosional lewat pujian, cerita personal, dan komunikasi yang intens.

Inilah yang membuat korban merasa dilibatkan secara emosional dan akhirnya percaya.

  • 8 Penipuan Lewat Media Sosial yang Tidak Anda Sadari
  • Hindari Penipuan, Dian Pelangi Pilih Situs Belanja HijUp.com

Kemampuan berpikir kritis terlemahkan

Mira menambahkan, dalam kondisi lelah secara emosional, seseorang bisa kehilangan daya kritisnya.

“Ketika sedang butuh validasi atau merasa down, kita cenderung ‘meng-off-kan’ logika. Ini alamiah, karena emosi yang mengambil alih,” jelas Mira.

Akibatnya, sinyal-sinyal bahaya seperti permintaan uang, cerita yang tidak masuk akal, atau identitas yang tidak jelas bisa diabaikan.

“Korban tahu sesuatu terasa janggal, tapi memilih percaya karena ingin mempertahankan rasa aman emosional yang sementara itu,” imbuhnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/06/19/161700320/staf-presiden-prabowo-jadi-korban-love-scamming-ini-penyebabnya-menurut

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com