Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menikah dengan Bule Bisa Bikin Anak Tinggi? Ini Kata Dokter

JAKARTA, KOMPAS.com – Menikah dengan bule (orang asing) dianggap bisa "memperbaiki keturunan" alias memiliki anak yang tinggi. 

Benarkah menikah dengan bule menjadi jaminan untuk memiliki anak yang tinggi? Berikut jawaban dari dr. Boy Abidin, Sp.OG (K) di acara The Science Behind: A Series of Bayer Media Classes bertajuk “The Science Behind: Self-care – Mendukung Kehamilan yang Sehat”.

  • Makanan Tinggi Protein Wajib Dikonsumsi Ibu Setelah Melahirkan, Ini Alasannya
  • 3 Tips agar Anak Tumbuh Tinggi dan Sehat Menurut Dokter

Menikah dengan bule bakal punya anak yang tinggi?

“Kalau untuk tinggi badan, tidak hanya dari faktor genetik saja, tapi faktor gizi juga berpengaruh terhadap nanti bagaimananya anak kita,” terang Boy di Bayer Indonesia Office, Menara Astra, Jakarta Selatan, Selasa (1/7/2025).

Ketika menikah dengan bule, memang ada faktor genetik tertentu yang akan terlihat pada anak saat mereka lahir. Misalnya adalah fitur wajah, rambut, dan warna bola mata.

Kendati demikian, ketika berbicara tentang tinggi, menikah dengan bule saja rupanya tidak cukup untuk memiliki anak bertubuh tinggi.

“Kalau tinggi badan, enggak selalu dari orangtua yang tinggi badannya. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau anak disiapkan,” kata dokter yang berpraktik di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading ini.

Tips anak tumbuh tinggi

Untuk memastikan anak tumbuh tinggi, selain dari faktor genetik, perhatikan juga asupan nutrisi selama periode ibu hamil (bumil).

“(Bumil) diberikan suplemen nutrisi yang baik, dia akan menghasilkan anak dengan kualitas yang jauh lebih baik dari kedua orangtuanya,” kata Boy.

“Jadi, untuk bule, genetiknya diharapkan bagus. Tapi, bumil enggak diberikan nutrisi atau suplemen nutrisi yang baik, ya anaknya akan biasa-biasa saja,” lanjut dia.

Selain itu, saat anak sudah lahir, mereka harus diberikan air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang memadai. Makanan yang diberikan tidak boleh asal.

Orangtua harus memerhatikan kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat bisa dari kentang, nasi, buah-buahan, dan roti.

Sementara itu, protein yang diutamakan adalah protein hewani, misalnya dari ikan, ayam, sapi, telur, dan udang. Asupan protein tidak boleh dibatasi karena dapat membantu anak tumbuh tinggi.

  • Rahasia Anak Tumbuh Tinggi, Perhatikan Jam Tidurnya
  • Tinggi Protein, Amannya Berapa Banyak Daging Dikonsumsi Saat Idul Adha?

2. Aktif secara fisik

Saat beranjak dewasa, ajarkan untuk aktif secara fisik.

Aktivitas fisik harian harus berjalan demi pertumbuhan tulangnya. Beberapa yang bisa dilakukan mencakup berenang dan bermain basket.

Yang tidak kalah penting adalah tidur yang cukup. Sebab, hormon pertumbuhan diproduksi paling banyak oleh tubuh pada pukul 23.00 sampai pukul 02.00.

Syaratnya, anak sudah harus tidur lelap pada pukul tersebut. Jadi orangtua bisa mempersiapkan anak untuk tidur mulai pukul 20.00 agar anak sudah tidur pukul 21.00, dan memasuki fase tidur nyenyak pukul 23.00.

Oleh sebab itu, di balik anggapan menikah dengan bule bisa menghasilkan anak yang tinggi, perhatikanlah nutrisi dan aktivitas anak agar buah hati tumbuh sehat. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/07/02/140500620/menikah-dengan-bule-bisa-bikin-anak-tinggi-ini-kata-dokter

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com