Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fenomena From Zero to Hero Syndrome, Cerita Mereka yang Dijanjikan Manis tapi Berujung Dikhianati

KOMPAS.com – Banyak orang rela menemani pasangan dalam proses menemukan jati diri dan menggapai impiannya.

Harapannya, keduanya dapat bersatu dan memasuki fase hubungan yang lebih serius.

Namun nyatanya setelah meraih kesuksesan, justru meninggalkan pasangan yang telah menemani sejak titik nol. Bahkan peranan perempuan seperti tidak dianggap, meski menjadi saksi perjuangannya.

Hal ini dikenal dengan fenomena from zero to hero syndrome.

Anira (23), Diandra (25), dan Katrin (26), adalah tiga perempuan yang pernah mengalami itu. 

Mereka bukan hanya kekasih, tapi juga penguat saat pasangan jatuh, pengingat saat pasangan goyah, bahkan menjadi tempat bergantung di tengah tekanan hidup.

Beberapa janji dan harapan manis pun kerap disampaikan oleh pasangan di kala masih dalam proses menggapai mimpinya.

Seperti halnya dengan kisah Anira yang mendampingi sang kekasih selama empat tahun, termasuk saat proses masuk ke institusi pemerintahan. 

Ia bukan hanya menemani secara emosional, tapi juga membantu teknis pengurusan dokumen. 

Perempuan asal Jakarta ini sempat luluh dengan janji pasangannya yang ingin mengajak dirinya ke pernikahan.

“Salah satunya ya dijanjiin nikah. Lucu sih kalau keinget, kok bisa percaya-percaya aja sama omongan kosong dia itu,” tutur Anira saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/6/2025).

Harapan tersebut yang membuat Anira percaya akan ada masa depan untuk keduanya setelah berbagai badai yang menghadang. 

Namun, kenyataan berkata lain, pasangannya justru menghancurkan harapan tersebut dan memilih bersama perempuan lain.

Hal serupa juga dialami Diandra. Ia ikut mendampingi pengobatan kekasihnya demi bisa lolos seleksi institusi. 

Ketika sang kekasih mendapatkan apa yang ia impikan, hubungan terasa mulai renggang.

Namun, perempuan asal Sidoarjo itu tetap bertahan, karena masih memegang pada janji yang pernah diucapkan kekasihnya. 

Perasaan kecewa tertinggal begitu dalam di lubuk hatinya. Ia harus menerima kenyataan pahit dan menyaksikan orang yang ia sayangi mengkhianati janji tersebut.

“Dia bilang enggak akan ninggalin aku dan ada rencana ke hubungan yang serius,” ujar Diandra.

“Tapi dia malah terang-terangan bilang mau deketin cewek lain, meski ujung-ujungnya bilang tetap mau balik ke aku,” lanjutnya. 

Sementara itu, dalam kisah Katrin, janji yang didapatkan dari sang kekasih bukan berupa kata-kata manis, melainkan harapan akan ada “waktu yang tepat”. 

Saat LDR (Long Distance Relationship atau hubungan jarak jauh) memisahkan mereka, kekasihnya hanya meminta sabar dan percaya bahwa nanti mereka akan kembali saling menemukan.

Meski begitu, janji hanyalah sebuah janji. Perempuan yang berasal dari Jakarta ini harus menelan kenyataan pahit seperti Anira dan Diandra.

Waktu yang ditunggu tak kunjung datang dan pasangannya justru memutuskan hubungan secara sepihak. Selang tak berapa lama, sang kekasih pun menaruh hati ke perempuan lain.

“Dia sempat bilang nanti ada waktunya kita bisa sama-sama tanpa jarak. Tapi semua itu cuma jadi omongan. Dia malah mutusin aku sepihak, dan beberapa minggu kemudian sudah punya pacar baru,” ungkap Katrin.

Dari ketiga kisah ini, terlihat bahwa bukan hanya cinta yang diuji, tapi juga kepercayaan diri mereka sebagai perempuan. 

Mereka merasakan bagaimana perjuangan mereka seolah-olah tidak dihargai, bahkan dikesampingkan dalam kisah pasangannya kala itu. Sementara janji hanya tinggal kenangan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/07/03/083641320/fenomena-from-zero-to-hero-syndrome-cerita-mereka-yang-dijanjikan-manis

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com