Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Mereka yang Bangkit dari Luka From Zero to Hero Syndrome

KOMPAS.com – Fenomena From Zero to Hero Syndrome cukup marak dialami, khususnya oleh para perempuan, yang menemani pasangannya berjuang dari nol. 

Namun, ditinggalkan dan terlupakan setelah pasangan mereka  mendapatkan apa yang diimpikan. 

Mereka tidak sekadar kehilangan pasangan. Mereka kehilangan harapan yang dulu mereka tanam bersama. 

Namun di balik air mata, mereka menemukan sesuatu yang lebih penting, yaitu keberanian untuk pulih.

Kisah Anira (23), Diandra (25), dan Katrin (26) menggambarkan sisi lain dari from zero to hero syndrome. 

Setelah menemani pasangannya dari titik nol, mereka menolak untuk menjadi korban selamanya.

Cara Mereka Bangkit dari Luka From Zero to Hero Syndrome

Memantapkan hati untuk keluar dari hubungan yang tak berkembang

Seperti halnya kisah Diandra. Perempuan asal Sidoarjo ini sempat merasa dijadikan pilihan cadangan setelah sang kekasih mulai membuka hati ke perempuan lain. 

Alhasil, ia pun memilih untuk menyudahi hubungan tersebut. Meski kala itu hatinya tak sepenuhnya yakin, namun ia memilih untuk keluar dari hubungan yang ia anggap sudah tidak sehat lagi.

“Orangtuanya sempat minta aku balik, tapi aku enggak mau. Karena gengsi dan merasa jadi cadangan dia yang masih dekat sama cewek lain,” ujar Diandra.

Kejadian pahit tersebut tidak membuatnya pulih dalam waktu yang singkat. Ia harus perlahan-lahan merelakan dan move on dari sang kekasih. 

Kini, ia telah menemukan tambatan hati yang baru dan menjalani hidup yang lebih bahagia.

Percaya akan ada hal baik yang menunggunya 

Di sisi lain, Anira menerima kenyataan pahit ketika kekasih yang telah ia dukung penuh, justru mengkhianatinya. 

Hubungan yang terjalin pun tidaklah sebentar, empat tahun menjalin kasih hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Tak mudah untuk melupakan semua kenangan dan waktu yang dihabiskan bersama. Namun, mengetahui kekasihnya berselingkuh, ia yakin tidak ingin kembali. 

Meski sakit, ia memilih ikhlas, bukan demi mantan kekasihnya, tapi demi dirinya sendiri.

“Sebenarnya aku sangat ikhlas ngebantuin dia. Aku enggak pernah menyesal. Tapi rasa kecewa itu ada banget, tapi aku yakin akan ada pelangi setelahnya.” kata dia dengan penuh harap.

Menemukan nilai diri yang sempat dilupakan 

Sementara itu, Katrin mengalami titik baliknya datang setelah ia menyadari bahwa cinta tak seharusnya membuat seseorang mengorbankan diri secara sepihak. 

Ia mengaku sempat buta oleh cinta, hingga akhirnya memilih melihat kenyataan.

Hampir dua tahun menjalin kasih dan mendampingi sang kekasih menggapai mimpi, Katrin sempat terkejut dan terpukul ketika kekasihnya memutuskan hubungan secara sepihak.

Bahkan, keputusan tak menyenangkan tersebut hanya ia dapatkan melalui pesan singkat.

Kisahnya dengan sang mantan kekasih terus dijadikan pelajaran berharga dan acuan dalam memilih pasangan yang lebih baik. 

“Setelah putus, aku sadar kalau effort dia ke aku enggak seimbang. Aku selalu kasih support ke dia, padahal aku sendiri juga butuh dukungan dan aku tidak mendapatkan itu,” katanya.

“Tapi aku bersyukur, karena dari situ aku tahu value diriku. Aku layak dapat yang lebih baik,” pungkas Katrin.

Proses pulih mereka tidak terjadi dalam sehari. Tapi dari kehilangan itu, mereka belajar bahwa diri mereka cukup. 

Cukup kuat untuk bangkit, dan cukup layak untuk dicintai tanpa harus melupakan diri sendiri. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/07/03/100500820/cerita-mereka-yang-bangkit-dari-luka-from-zero-to-hero-syndrome

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com