Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kondisi Demensia Bruce Willis Memburuk, Apa Itu Afasia dan FTD yang Menyerangnya?

Melansir The Express, kondisi bintang film Die Hard dan The Sixth Sense itu kini disebut semakin memburuk.

Aktor berusia 70 tahun ini dikabarkan hampir tidak bisa berbicara dan mulai mengalami gangguan motorik.

Namun, pihak keluarga belum mengungkap detail lebih lanjut mengenai perubahan kemampuan fisiknya dalam beberapa waktu terakhir.

Diketahui, Bruce Willis pertama kali didiagnosis menderita afasia pada Maret 2022, yakni gangguan neurologis yang menghambat kemampuan berkomunikasi.

Setahun kemudian, diagnosisnya diperbarui menjadi frontotemporal dementia (FTD), jenis demensia yang relatif langka dan cenderung muncul di usia yang lebih muda dibanding Alzheimer.

Apa itu afasia?

Mengutip dari Healthline, afasia adalah gangguan bahasa yang terjadi ketika bagian otak yang mengatur komunikasi mengalami kerusakan, terutama pada lobus kiri otak.

Kondisi ini membuat seseorang kesulitan berbicara, memahami pembicaraan, membaca, maupun menulis.

Menurut National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), penyebab paling umum dari afasia adalah stroke, meski bisa juga muncul karena cedera otak traumatis, tumor, atau penyakit neurodegeneratif seperti FTD.

“Afasia bisa membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk mengekspresikan pikiran atau memahami ucapan, tergantung area otak yang terdampak,” tulis NIDCD, dikutip pada Rabu (30/7/2025).

Jenis afasia dapat bervariasi, mulai dari afasia Broca (kesulitan berbicara tapi pemahaman masih baik) hingga afasia global (gangguan berat pada semua aspek bahasa).

Apa itu frontotemporal dementia (FTD)?

Melansir Healthline, demensia frontotemporal adalah salah satu jenis demensia yang lebih jarang terjadi.

Biasanya penyakit ini menyerang orang di usia yang lebih muda dibanding Alzheimer.

Kondisi tersebut disebabkan oleh kerusakan pada lobus frontal dan temporal otak.

Area ini mengatur fungsi penting seperti pengambilan keputusan, kendali emosi, dan bahasa.

Selain itu, menurut Mayo Clinic, FTD dapat menyebabkan beberapa hal, di antaranya:

  • Perubahan kepribadian ekstrem
  • Kehilangan empati atau kontrol diri
  • Gangguan berbicara dan memahami bahasa
  • Penurunan daya pikir logis dan pengambilan keputusan

Tidak seperti Alzheimer, FTD sering muncul pada usia 40 hingga 65 tahun, dan perkembangannya bisa sangat cepat,

Saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan FTD. Terapi yang tersedia fokus pada mengelola gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta menjaga kualitas hidup pasien melalui dukungan keluarga dan tenaga medis.

Peran keluarga sangat penting

Mengutip dari NDTV, Keluarga Bruce Willis, termasuk istrinya Emma Heming Willis, mantan istrinya Demi Moore, serta anak-anak mereka, terus memberikan pendampingan penuh kepada sang aktor.

Mereka juga aktif mengedukasi publik tentang pentingnya mengenali gejala dini penyakit neurologis dan memberikan dukungan kepada pasien.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/07/30/131756120/kondisi-demensia-bruce-willis-memburuk-apa-itu-afasia-dan-ftd-yang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com