Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Komentar Timothy Ronald Soal Gym Aktivitas Bodoh Ditepis Dokter

KOMPAS.com — YouTuber Timothy Ronald tengah menjadi sorotan setelah melontarkan pernyataan kontroversial terkait aktivitas gym.

Dalam sebuah siaran langsung bersama content creator Bigmo, Timothy menyebut bahwa orang yang rajin nge-gym adalah orang bodoh atau otaknya kosong.

“Menurut gue, orang yang suka nge-gym, yang sampai jadi banget badannya, itu enggak mungkin sepintar itu. Orang pinter pasti enggak suka, karena lu kayak ngebentot doang, cuma maksa kan, itu otaknya kosong,” ujar Timothy dalam siaran tersebut.

Ucapan ini langsung menuai komentar negatif dari warnaget. Banyak yang mempertanyakan dasar dari pernyataan tersebut.

Pemahaman keliru soal gym


Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Inarota Laily, mengatakan, persepsi bahwa gym hanyalah soal mengangkat beban semata adalah pemahaman yang kurang tepat.

Ia menegaskan, aktivitas fisik di gym sangat beragam dan tidak hanya angkat beban dan membentuk otot seperti yang dimaksud oleh Timothy.

“Sepertinya di sini yang harus diluruskan adalah pendapat Timothy Ronald bahwa pemikiran gym itu hanya angkat beban, padahal di gym banyak hal yang bisa dilakukan, bahkan kardio juga bisa dilakukan di gym,” jelas dr. Laily saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (2/8/2025).

Ia menambahkan, gym merupakan tempat yang menyediakan fasilitas untuk berbagai jenis latihan, mulai dari treadmill, sepeda statis, latihan beban, hingga yoga dan pilates. Artinya, baik latihan kekuatan maupun kardio bisa dilakukan di tempat yang sama, tergantung kebutuhan dan tujuan masing-masing individu.

“Bedanya adalah di gym itu latihannya indoor, tapi latihan tersebut juga bisa dilakukan di luar, seperti lari dan latihan beban juga bisa di mana saja sebetulnya,” tambahnya.

Kesalahpahaman soal latihan beban

Menurut dr. Laily kemungkinan bahwa pernyataan Timothy didasari oleh pengalaman pribadinya saat mencoba pull up dan merasa tidak mampu.

“Kalau pendapat Timothy dari pengalaman pribadinya yang melakukan pull up beberapa kali enggak kuat, itu karena ada pemahaman yang salah soal latihan beban,” tegasnya.

Latihan beban, lanjut dr.Laily, tidak serta-merta dilakukan dalam intensitas tinggi. Setiap orang bisa menyesuaikan program latihan sesuai kapasitas dan kondisi fisiknya.

Justru, latihan beban yang dilakukan secara bertahap dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, stabilitas sendi, dan mencegah cedera.

Apa kaitannya gym dengan kecerdasan seseorang?

Bertolak belakang dengan pandangan Timothy, dr.Laily justru mengungkap, latihan beban memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan fungsi otak, terutama pada usia lanjut.

“Justru, latihan beban bisa meningkatkan fungsi kognitif, terutama untuk orang tua, yang dapat juga memperbaiki sistem keseimbangannya,” ungkapnya.

Latihan beban merangsang kerja otak dalam mengatur gerakan tubuh, menjaga postur, serta meningkatkan konsentrasi dan memori. Hal ini terbukti secara ilmiah dalam berbagai penelitian terkait neuroplasticity atau kemampuan otak untuk beradaptasi.

Meski begitu, untuk peningkatan kecerdasan yang lebih maksimal, ia menganjurkan untuk menggabungkan latihan beban dengan kardio.

“Latihan kardio dan latihan beban keduanya bisa meningkatkan fungsi kognitif, tetapi jika kombinasi keduanya akan lebih baik lagi,” ujar dr.Laily.

Berkaca pada rekomendasi resmi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), idealnya seseorang melakukan kombinasi antara kardio dan latihan kekuatan dalam seminggu.

“Rekomendasi dari WHO terkait latihan beban itu targetnya kita bisa melakukan latihan kardio 150 menit per minggu, yang mana diantaranya 2 kali per minggu dianjurkan untuk latihan beban,” paparnya.

Dengan kata lain, anggapan bahwa kardio lebih unggul dari latihan beban atau sebaliknya, tidak berdasar secara ilmiah. Keduanya punya peran penting yang saling melengkapi dalam menjaga kesehatan fisik dan mental.

“Pemahaman dia yang mengaitkan orang yang nge-gym, yang mungkin dimaksudnya latihan beban, adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang banyak kardio lebih pintar, ini perlu diluruskan,” lanjut dr.Laily.

Ia mengajak masyarakat untuk tidak mudah menyimpulkan kualitas suatu aktivitas fisik hanya dari permukaan. Baginya, setiap orang punya pendekatan olahraga yang berbeda, dan semuanya sah selama dilakukan dengan benar dan teratur.

Baik kardio maupun latihan beban memiliki manfaat yang nyata bagi kesehatan. Keduanya bukan hanya tentang penampilan, tapi juga kualitas hidup secara menyeluruh, mulai dari daya tahan, kekuatan otot, kesehatan jantung, hingga fungsi otak.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/08/02/170521720/komentar-timothy-ronald-soal-gym-aktivitas-bodoh-ditepis-dokter

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com