Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Penyebab Stres yang Sering Dialami Anak, Orangtua Wajib Tahu

Penulis The No-Cry Separation Anxiety Solution, Elizabeth Pantley mengungkap, anak-anak cenderung lebih mudah stres dibandingkan orang dewasa.

“Anak-anak sering kali menangkap stres di sekitar mereka. Bahkan, hal yang tampak sepele bagi orang dewasa bisa menjadi pemicu besar bagi anak,” jelas dia, seperti dilansir dari Parents, Selasa (2/9/2025).

Oleh karena itu, penting untuk memahami beberapa hal yang bisa memicu stres pada anak. Berikut beberapa penyebab stres yang umum dialami anak dari usia balita hingga remaja.

7 Penyebab stres yang sering dialami anak

1. Separation anxiety atau rasa cemas berpisah

Sejak bayi hingga usia prasekolah, banyak anak merasa cemas ketika harus berpisah dengan orangtua. Kondisi ini dikenal sebagai separation anxiety.

“Meski kecemasan berpisah adalah reaksi normal, terkadang hal ini juga muncul karena faktor stres lain, misalnya masuk ke daycare baru,” jelas Rene Hackney, PhD, psikolog perkembangan sekaligus pendiri Parenting Playgroups.

Hal ini bisa juga dialami anak ketika dirinya memasuki tempat baru yang tidak didampingi orangtuanya.

Anak yang mengalami kondisi ini biasanya lebih rewel, sulit ditinggal, atau tampak gugup saat berjauhan dari pengasuh utamanya.

2. Perubahan dalam keluarga

Kehilangan anggota keluarga, perceraian, pindah rumah, bahkan kelahiran adik baru dapat menjadi sumber stres bagi anak.

Menurut Hackney, perubahan besar akan mengguncang rutinitas yang sudah biasa, sehingga membuat anak merasa tidak aman.

Tak hanya itu, perubahan positif bisa menimbulkan ketegangan karena anak harus beradaptasi dengan rutinitas baru.

3. Tekanan di sekolah

Bagi anak usia sekolah hingga remaja, tuntutan akademis menjadi salah satu penyebab utama stres.

“Anak bisa merasa kewalahan karena PR, nilai, tanggung jawab yang menumpuk, atau masalah pertemanan dan bullying,” kata Pantley.

Situasi ini bisa berdampak pada motivasi belajar hingga kesehatan mental jika tidak segera ditangani.

4. Jadwal yang terlalu padat

Anak-anak membutuhkan waktu untuk bermain bebas dan beristirahat. Namun, jika jadwal harian mereka terlalu penuh dengan kegiatan tambahan, justru bisa membuat mereka tertekan.

Ketika orangtua terlalu sibuk mengatur agenda, anak mungkin merasa terbebani dan kehilangan waktu untuk menikmati dunianya sendiri.

Maka, sangat penting untuk berdiskusi dengan anak terkait kegiatan dan penyusunan jadwal aktivitasnya.

5. Peristiwa besar di dunia

Paparan terhadap berita buruk seperti bencana alam, kekerasan, atau tragedi lain juga dapat memengaruhi psikologis anak.

“Anak-anak bisa menangkap ketegangan dari lingkungan sekitar, termasuk media,” jelas Pantley. 

Maka dari itu, orangtua perlu lebih selektif dalam menyaring tontonan maupun informasi yang dikonsumsi anak.

6. Masa pubertas

Memasuki usia remaja, anak akan menghadapi perubahan fisik dan emosi yang besar. 

Pubertas sering kali membawa rasa tidak nyaman, kebingungan, hingga tekanan sosial yang membuat anak lebih mudah stres.

7. Stres sehari-hari

Selain faktor besar, stres juga bisa muncul dari hal-hal kecil yang menumpuk, seperti konflik dalam keluarga, kondisi ekonomi, atau absennya figur orangtua. 

Selain itu, lingkungan yang tidak aman dapat menjadi pemicu stres berkepanjangan.

Tanda anak mengalami stres

Pantley menegaskan, setiap anak memiliki cara berbeda dalam menunjukkan stres. Sebagai orangtua, harus jeli dalam memperhatikan perubahan perilaku anak.

Sebab, terkadang anak tidak memahami bahwa dirinya sedang stres, sehingga mereka enggan memberi tahu kondisinya pada orangtuanya.

Hackney juga menambahkan, perubahan dalam rutinitas atau sikap sehari-hari bisa menjadi indikator penting bahwa anak sedang menghadapi tekanan.

Tanda stres pada balita dan anak kecil

Beberapa tanda stres yang umum pada balita dan anak kecil antara lain:

1. Pola tidur atau makan berubah

2. Lebih mudah menangis, tantrum, atau rewel

3. Sering mengalami mimpi buruk

4. Mengeluh sakit kepala atau sakit perut

5. Menjadi lebih clingy atau penakut

6. Muncul kebiasaan berulang seperti mengisap jempol atau menggigiti rambut

7. Menolak pergi ke tempat tertentu atau bertemu orang tertentu

8. Lebih banyak bertanya dan butuh diyakinkan

Pantley mengingatkan, tidak semua gejala ini berarti stres, tapi bila perilaku semakin ekstrem, sebaiknya segera konsultasi ke profesional.

Tanda stres pada remaja dan anak usia sekolah

Sementara itu, pada anak usia sekolah atau remaja, tanda stres bisa meliputi:

1. Sakit kepala, sakit perut, atau mual

2. Sulit tidur atau mengalami mimpi buruk

3. Perubahan suasana hati, mudah marah atau sedih

4. Kesulitan mengontrol emosi

5. Penurunan prestasi akademik

6. Menarik diri dari pergaulan

7. Perubahan pola makan

8. Obsesif pada hal-hal tertentu atau muncul kebiasaan berulang

Jika tanda-tanda ini muncul berulang, orangtua perlu membuka ruang komunikasi dan membantu anak menemukan cara sehat untuk mengelola stresnya.

Pentingnya peran orangtua

Stres pada anak bukan hal sepele. Jika dibiarkan, bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun mental dalam jangka panjang.

“Anak butuh dukungan, rutinitas yang konsisten, dan jaminan rasa aman dari orangtuanya,” tegas Hackney. 

Dengan memahami penyebab dan tanda-tanda stres, orangtua dapat lebih cepat memberikan pendampingan dan mencari bantuan profesional bila diperlukan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/09/02/193605620/7-penyebab-stres-yang-sering-dialami-anak-orangtua-wajib-tahu

Terkini Lainnya

Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com