Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Tempat Belanja Barang Preloved Branded di Jakarta, Jual Chanel hingga LV

JAKARTA, KOMPAS.com - Buds & Buttons termasuk butik berkonsep vintage di Jakarta yang menjual barang-barang preloved dari merek-merek ternama.

Pemilik Buds & Buttons, Vicky Supit menuturkan, pakaian, sepatu, tas, dan aksesori  yang dijajakan di tempatnya telah melalui proses kurasi yang ketat untuk menjaga kualitas dan memastikan keasliannya.

  • 3 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Membeli Barang Preloved
  • 2 Cara Merawat Pakaian Preloved agar Awet Dipakai Jangka Panjang

“Kami mengkurasi keaslian dan kualitasnya, jadi enggak asal masuk barang,” kata dia di Buds & Buttons, Jakarta Selatan, Kamis (25/9/2025).

Menurut Vicky, masih banyak yang memiliki pola pikir bahwa barang bekas dipakai orang lain kurang layak untuk dibeli, apalagi dipakai, karena terkesan jorok.

Vicky memastikan bahwa barang bekas yang sudah dikurasi artinya layak digunakan kembali. Sebab, barang perlu dilihat apakah ada noda, sobekan, jahitan yang sudah berantakan, dan lain sebagainya.

"Dan karena saya sudah 'bermain' di dunia fashion sejak lama, saya tahu suatu barang itu asli atau enggak,” kata desainer yang tahun lalu memutuskan untuk pensiun dari dunia mode Indonesia ini.

Terkait jenis barang yang dijual, Vicky lebih memilih barang-barang bekas karena mengetahui bahwa saat ini banyak yang enggan membeli barang branded seharga puluhan juta rupiah.

“Tahun ini ekonomi kita memang sedang tidak berjalan dengan baik. Orang-orang enggak mau cari baju branded yang harganya sudah enggak terjangkau,” ujar pemilik brand Vicky Svpit ini.

Sebab, barang-barang dari merek ternama kerap dijual dengan harga lebih dari Rp 50 juta. Bahkan, satu jenis pakaian pun bisa mencapai harga Rp 80 jutaan.

Seluruh pakaian, sepatu, tas, dan aksesori bekas yang dijual di Buds & Buttons adalah koleksi pribadi Vicky dan teman-temannya.

Dengan kata lain, barang bekas yang ada di tempat itu adalah barang yang berasal langsung dari pemilik pertama, bukan barang bekas yang diperoleh dari tempat yang tidak jelas atau bal-balan.

“(Koleksi) punya saya di sini sudah sedikit, ini kebanyakan orang nitip. Saat ini saya belum terima barang dari luar teman-teman saya. Jadi enggak mungkin barang palsu masuk ke sini,” jelas Vicky.

Seluruh barang yang diterima oleh Vicky dari teman-temannya adalah barang yang baru dipakai beberapa kali karena sudah tidak muat lagi, atau sudah bosan sehingga akhirnya “mendekam” di dalam lemari untuk waktu yang lama.

Terkait penjualan barang bekas, Vicky mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan berkah bagi penjual dan pembeli.

“Untuk penjual, berkah karena mereka enggak harus membuang baju yang sudah enggak muat, tapi masih bagus, yang mereka beli dengan susah payah dan mahal zaman dulu. Masih bisa dihargai oleh pemilik baru barang itu,” jelas dia.

Sementara itu, untuk pembeli, mereka bisa mendapatkan barang-barang dari merek ternama dengan harga yang jauh lebih murah.

Pasalnya, seluruh barang di tempat Vicky dijual dengan harga 70-80 persen lebih murah dari harga asli.

“Jadi, di sini kayak finding treasure (menemukan harta karun). Kami di sini (menjual) minimal harganya Rp 1 juta,” tutur dia.

Adapun Buds & Buttons menawarkan barang dari merek-merek ternama, seperti Christian Louboutin, Chanel, Tom Ford, Adidas, Louis Vuitton, Dior, Hermes, Valentino, Jimmy Choo, Prada, Charlotte Olympia, Chloe, Miumiu, dan Jill Stuart.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/09/29/133500120/ada-tempat-belanja-barang-preloved-branded-di-jakarta-jual-chanel-hingga

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com