Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Fearful Avoidant Attachment, Saat Ingin Dekat tapi Takut Disakiti

Atau, meskipun merasa cemas akan ditinggalkan, Anda malah menjauh ketika pasangan semakin dekat?

Perasaan ini dalam psikologi disebut berkaitan dengan fearful avoidant attachment, juga dikenal sebagai disorganized attachment.

Gaya keterikatan ini sering muncul dari pengalaman masa kecil yang tidak konsisten atau penuh ketegangan, di mana figur pengasuh sekaligus menjadi sumber kenyamanan dan ketakutan.

Berkaitan dengan attachment style

Fearful avoidant attachment merupakan salah satu dari empat bentuk attachment style.

Dalam siaran Radio Kesehatan Kemenkes RI, psikolog Medwin Wisnu Prabowo, M.Psi., Psikolog, CH, CHt, menjelaskan bahwa attachment style adalah cara seseorang membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.

"Attachment style itu adalah gaya atau cara kita berinteraksi dengan orang lain," kata Medwin.

Lalu, apa itu fearful avoidant attachment?

Menurut Verywell Mind, fearful avoidant attachment ditandai dengan konflik batin yang kuat, keinginan untuk kedekatan emosional muncul bersamaan dengan ketakutan akan kedekatan itu sendiri.

Akibatnya, individu dengan gaya ini cenderung mengalami hubungan yang penuh gejolak dan kesulitan merasa aman secara emosional.

Bagaimana fearful avoidant attachment terbentuk?

Melansir dari Verywell Mind, gaya ini biasanya berkembang akibat interaksi dengan pengasuh yang tidak konsisten.

Misalnya, seorang anak bisa menerima kasih sayang dari pengasuh pada satu waktu, namun di waktu lain menghadapi kemarahan atau penolakan.

Pengalaman seperti ini menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman, yang kemudian terbawa hingga dewasa.

Selain pola pengasuhan, trauma, kehilangan orang tua, atau kekerasan emosional juga menjadi faktor penyebab.

Individu dengan fearful avoidant attachment belajar bahwa hubungan dekat bisa menimbulkan rasa sakit, sehingga mereka mengembangkan mekanisme menghindar untuk melindungi diri.

Ciri-ciri fearful avoidant attachment pada orang dewasa

Orang dewasa dengan gaya ini biasanya menunjukkan beberapa tanda, antara lain:

  • Ingin dekat, tapi sering menjauh ketika hubungan mulai serius.
  • Kesulitan mempercayai orang lain, bahkan pasangan dekat sekalipun.
  • Cemas berlebihan akan ditinggalkan atau disakiti.
  • Perubahan emosi yang cepat, misalnya tiba-tiba menarik diri tanpa alasan jelas.
  • Sulit mengungkapkan perasaan secara terbuka.

Fenomena ini dapat menimbulkan konflik dalam hubungan, membuat pasangan bingung, dan kadang memicu perpisahan.

Menurut Verywell Health, individu dengan fearful avoidant attachment sering merasa dicintai sekaligus takut ditolak, sehingga sulit menemukan keseimbangan emosional.

Mengatasi fearful avoidant attachment

Meskipun tantangannya besar, gaya keterikatan ini bisa diubah menjadi lebih aman. Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengenali pola perilaku dan memahaminya, agar lebih sadar saat reaksi menghindar muncul.
  • Terapi atau konseling, misalnya terapi berbasis attachment atau CBT, untuk membantu mengelola kecemasan dan membangun kepercayaan.
  • Berlatih komunikasi yang jujur dan terbuka, termasuk menyampaikan kebutuhan dan batasan dalam hubungan.
  • Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, baik dalam hubungan maupun kehidupan pribadi.

Dengan kesadaran dan dukungan yang tepat, individu dengan fearful avoidant attachment dapat membangun hubungan yang lebih stabil, sehat, dan memuaskan secara emosional.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/08/223000320/mengenal-fearful-avoidant-attachment-saat-ingin-dekat-tapi-takut-disakiti

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com