JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang mengira cara tercepat untuk menurunkan berat badan adalah dengan menghentikan konsumsi karbohidrat sama sekali.
Padahal, menurut dokter diet ketat tanpa karbohidrat justru tidak sehat dan bisa berdampak negatif bagi tubuh, terutama bagi fungsi otak.
Hal ini diungkapkan oleh dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Waluyo Dwi Cahyono, SpPD.
Menurut dr.Waluyo, tubuh tetap membutuhkan karbohidrat sebagai sumber energi utama.
“Karbohidrat itu tetap diperlukan untuk tubuh, sebab glukosa yang digunakan untuk kinerja otak itu dari karbohidrat, bukan protein,” jelas Waluyo dalam Peluncuran Klinik Digital Halofit by Halodoc di Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025)
Ketika seseorang tidak mengonsumsi karbohidrat sama sekali, tubuh akan kekurangan glukosa yang diperlukan untuk menjalankan berbagai fungsi penting, terutama pada otak.
“Diet dengan berhenti mengonsumsi karbohidrat secara total itu salah. Karbohidrat itu jenisnya ada banyak, tidak selalu nasi tetapi bisa kentang, ubi yang diolah dengan lebih sehat,” katanya.
Ia menegaskan, karbohidrat bukanlah musuh dalam program diet. Justru, pemilihan jenis dan porsi karbohidrat yang tepatlah yang menentukan keberhasilan dalam menjaga berat badan ideal.
Karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oatmeal, ubi, dan jagung merupakan pilihan yang lebih baik dibanding karbohidrat sederhana seperti roti putih atau makanan olahan manis.
Jenis karbohidrat kompleks dicerna lebih lambat, sehingga membuat perut terasa kenyang lebih lama dan menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Diet tanpa karbohidrat bisa ganggu keseimbangan tubuh
Menghilangkan karbohidrat dari pola makan sama sekali dapat membuat tubuh kehilangan keseimbangan nutrisi.
Tubuh yang kekurangan karbohidrat akan mencari sumber energi lain, yaitu protein atau lemak. Akibatnya, protein yang seharusnya berfungsi membangun jaringan tubuh akan digunakan sebagai bahan bakar energi, yang dalam jangka panjang dapat melemahkan otot dan menurunkan metabolisme.
“Mengonsumsi karbohidrat itu tidak akan menggagalkan diet asalkan komposisi dan jumlahnya tidak berlebih,” tutur dr.Waluyo yang juga menjadi Board of Wellness Halofit ini.
Artinya, kunci dari diet sehat bukanlah menghindari karbohidrat, melainkan menakar porsinya secara seimbang sesuai kebutuhan tubuh.
Adakah rekomendasi takaran dan waktu untuk konsumsi karbohidrat?
Kebutuhan karbohidrat setiap orang bisa berbeda-beda tergantung usia, aktivitas, dan kondisi kesehatan. Namun secara umum, karbohidrat menyumbang sekitar 45–65 persen dari total kebutuhan energi harian.
Jika seseorang membutuhkan sekitar 2.000 kalori per hari, maka sekitar 900–1.300 kalori sebaiknya berasal dari karbohidrat, atau setara dengan 225–325 gram per hari.
“Lalu, tidak ada aturan khusus soal rekomendasi waktu untuk mengonsumsi karbohidrat. Kapan pun dikonsumsinya jika porsinya terlalu banyak, maka kalorinya semakin naik juga,” kata dr.Waluyo.
Pernyataan ini menegaskan bahwa waktu makan bukanlah faktor utama dalam kenaikan berat badan, melainkan total kalori yang dikonsumsi dalam sehari.
Konsistensi lebih penting daripada diet ekstrem
Lebih lanjut, dr.Waluyo mengingatkan bahwa kunci keberhasilan diet bukan terletak pada pembatasan makanan secara ekstrem, tetapi pada kedisiplinan menjalani gaya hidup sehat.
“Ada beberapa orang yang mengalami berat badan yang naik turun terus, hal ini disebabkan oleh komitmen dia untuk menjalani pola hidup sehat secara konsisten,” ujarnya.
Menurutnya, menjaga pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, serta istirahat cukup jauh lebih efektif untuk mengatur berat badan ketimbang diet ketat yang tidak bisa dijalankan dalam jangka panjang.
“Jika seseorang bisa disiplin menjaga pola hidup dan makannya, maka biasanya akan ada perubahan berat,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah tergiur dengan tren diet instan di media sosial yang menjanjikan penurunan berat badan cepat. Sebab, pola makan ekstrem seperti itu sering kali justru merusak metabolisme tubuh dan sulit dipertahankan.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/17/152817920/dokter-ungkap-bahaya-diet-tanpa-karbohidrat-bagi-kesehatan-tubuh