Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari Kasus Bullying Mahasiswa Unud, Ini Pentingnya Empati di Dunia Maya

KOMPAS.com - Kasus tewasnya mahasiswa Universitas Udayana, Bali, berinisial TAS (22) disorot oleh khalayak karena ada beberapa mahasiswa yang tidak berempati terhadap TAS.

Pasalnya, mereka mencemooh TAS, yang telah meninggal, di dunia maya, tepatnya di aplikasi WhatsApp. Obrolan mereka lantas tersebar ke seluruh media sosial. Menilik hal tersebut, perlukan kita menunjukkan empati di internet?

  • Belajar dari Kasus Bullying Timothy, Psikolog: Empati itu Bentuk Tanggung Jawab Moral
  • Berkaca dari Kasus Kematian Mahasiswa Unud, Mengapa Ada Orang yang Nirempati?

Perlukah empati di dunia maya?

“Dalam dunia maya juga perlu empati karena mau enggak mau, suka enggak suka, dunia maya itu ranah publik,” kata psikolog Clement Eko Prasetio, M.Psi. yang berpraktik di Indopsycare, saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/10/2025).

Meskipun aplikasi bertukar pesan seperti WhatsApp bukanlah ranah publik, tapi pengguna dunia maya tetap berinteraksi dengan sesama manusia, bukan dengan chatbot seperti ChatGPT atau Meta AI.

Menurut Clement, prinsipnya adalah apa pun media sosial atau aplikasi bertukar pesan yang digunakan, kamu harus menjadi orang yang berempati.

Menjadi orang yang berempati perlu dibarengi dengan kehati-hatian dalam bersikap, meskipun di dunia maya.

“Harus tetap berhati-hati dalam memberikan komentar atau stiker, yang dapat multiinterpretasi," ujar Clement.

Psikolog yang berpraktik di Indopsycare ini juga mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam mengunggah hal-hal tertentu. 

Soal unggahan di media sosial, kamu bertanggung jawab akan unggahan tersebut meskipun mengunggahnya di akun sendiri. Hal ini karena kamu hidup bermasyarakat, serta pengguna dunia maya bukan dirimu saja.

Kamu perlu berhati-hati karena unggahan di media sosial bisa menuai tanggapan pro dan kontra, serta memberi dampak pada orang lain yang melihatnya.

“Jangan sampai kita mengunggah sesuatu yang malah menimbulkan kegaduhan secara norma masyarakat. Intinya, bijaklah dalam bermedia sosial karena kamu enggak hidup sendiri, kamu hidup dalam masyarakat,” imbau Clement.

Dengan demikian, media sosial adalah ruang publik tempat banyak orang berinteraksi. Oleh sebab itu, setiap pengguna perlu menjaga empati dan kesopanan agar tidak melukai orang lain.

Sebaiknya bijaklah dalam bermedia sosial karena kamu hidup berdampingan dengan banyak orang di dunia digital.

  • Mengapa Empati Penting bagi Wakil Rakyat? Ini Penjelasan Psikolog
  • 5 Zodiak yang Punya Empati Tinggi, Siapa Saja?

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/21/173500420/belajar-dari-kasus-bullying-mahasiswa-unud-ini-pentingnya-empati-di-dunia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com